Bisa disalahgunakan dan sulit dihapus dari internet.

Pernah nggak sih kalian share foto anak atau keponakan? Atau bahkan bikin akun medsos khusus buat mereka?

Meski tujuannya untuk dokumentasi memori, mungkin ada baiknya kalo kalian pikir dua kali. Pasalnya kini wajah udah jadi digital footprint yang kini udah bisa disalahgunakan.

Bahkan bukan nggak mungkin kalo dampaknya bisa terasa ketika sang anak beranjak dewasa.

Human Right Sign GIF by Startpage

(via Giphy)

 

Data Studi Keamanan Internet Microsoft Pada 2019

42 persen: Dari 12.500 remaja mengakui punya masalah dari apa yang orang tua mereka share secara online.

11 persen: Merasa informasi yang dibagikan menjadi “masalah besar” dalam kehidupan mereka.

Bahaya ‘Share’ Foto Anak di Media Sosial

  • Informasi personal anak bisa saja dicuri.
  • Informasi yang beredar online sulit dihapus.
  • Kehilangan kontrol atas foto yang dipublikasikan di media sosial, membuatnya rentan disalahgunakan.
  • Foto bisa saja menjadi milik pemilik website ataupun aplikasi, sehingga rentan digunakan ‘senyaman’ mereka. 

Ketika AI Jadi Alat Bikin Konten Pornografi Anak

Menurut pemberitaan The Washington Post, komunitas pedofil kini menggunakan AI untuk membuat konten gambar anak-anak melakukan kegiatan seksual (pornografi anak). Salah satu metode yang digunakan untuk pembuatan konten adalah deepfake, di mana orang bisa saja menggunakan wajah anak dan ditempatkan di tubuh orang dewasa. 

Bahkan, Kepala Keamanan Anak dan Eksploitasi Manusia di ActiveFence, Avi Jeger, mengungkapkan bahwa dalam satu forum pedofilia di dark web yang memiliki 3.000 anggota, sebanyak 80 persen responden mengaku mereka telah menggunakan atau berniat menggunakan AI untuk memproduksi gambar kekerasan seksual terkait anak. 

Christina Ricci Privacy GIF by The Roku Channel

(via Giphy)

Gimana Cara Menjaga Privasi Anak di Media Maya?

  • Batasi postingan kalian ke ‘khusus teman’ dan pastikan mereka tak bisa ‘re-share’ foto. 
  • Minta keluarga dan kerabat agar tak sembarang mengumbar foto.
  • Hapus orang yang tidak dikenal dari pengikut media sosial.
  • Tidak mencantumkan lokasi pengambilan foto.
  • Jangan masukan data pribadi ke media sosial, seperti alamat rumah dan alamat sekolah. 
  • Tidak merilis foto telanjang/setengah telanjang terkait anak.

Sumber: Perusahaan Keamanan Siber Kaspersky.

(Photo courtesy by Unsplash)

What are your thoughts? Let us know in the comment!