Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengeluarkan larangan bagi rakyatnya untuk makan hot dog karena berkaitan dengan Barat.
Kim Jong-un larang rakyat Korea Utara konsumsi dan jual hot dog
Selain itu, makanan dengan roti berlapis, sayuran, dan sosis tersebut juga tidak boleh lagi dijual ke masyarakat.
Para pecinta kuliner di Korea Utara tidak lagi diizinkan untuk makan hot dog karena dianggap terlalu kebarat-baratan.
Kim Jong-un telah melarang semua orang di Korea Selatan untuk memakan makanan yang populer tersebut.
Berdasarkan larangan tersebut, memakan sosis kini pun dianggap sebagai pengkhianatan.
Penduduk setempat yang biasanya menjual hot dog di jalan diminta berhenti atau akan dideportasi ke kamp kerja paksa.
Hot dog kerap dikonsumsi di makanan Budae-jjigae
Warga Korea Utara konon menyukai kuah mie pedas yang menggunakan hot dog atau spam.
Hidangan yang diberi nama Budae-jjigae ini diimpor dari Korea Selatan pada tahun 2017.
Budae-jjigae juga dikenal sebagai ‘Army Base Stew,’ yang terbuat dari kaldu kaya umami, pasta cabai Korea, kacang-kacangan, serpihan, dan kimchi. Namun kini para pedagang dilarang menawarkan sup tersebut di pasar.
Pihak berwenang memantau apa saja yang dikonsumsi rakyat Korea Utara
Radio Free Asia (RFA) melansir, para pejabat melarang hidangan tersebut bersamaan dengan kue beras kukus tteokbokki.
Salah satu pedagang, yang berbasis di provinsi utara Ryanggang, menekankan bahwa pihak berwenang telah memantau mereka dengan cermat.
“Penjualan budae-jjigae di pasar telah terhenti. Polisi dan pengelola pasar mengatakan siapa pun yang ketahuan menjualnya akan ditutup,” kata pedagang tersebut dikutip dari The Mirror, Kamis, 9 Januari 2025.
Aturan aneh yang dilarang oleh rezim Kim Jong-un
Kim Jong-un juga sebelumnya memperingatkan pasangan yang berencana bercerai akan dikirim ke kamp kerja paksa, karena ia menganggap tindakan tersebut sebagai kejahatan.
Kim Jong-un dikabarkan ingin setiap orang dijatuhi hukuman hingga enam bulan penjara. Ia memandang perceraian sebagai tanda “anti-sosialis”.
Dua aturan utama tersebut bukanlah satu-satunya perubahan yang harus dipatuhi oleh warga Korea Utara.
The Mirror melaporkan, pada Desember 2024 lalu, Jong-un tersebut menekankan bahwa siapa pun yang memilih untuk merayakan Natal dapat dieksekusi.
Timothy Cho, yang bekerja dengan badan amal Open Doors UK & Ireland, menjelaskan bahwa umat Kristen dianggap sebagai “tahanan politik”.
Let uss know your thoughts!