Pembalut organik solusi limbah pembalut

Difa Ayatullah, Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) berangkat ke jerman untuk perkenalkan pembalut organik.

Hal tersebut dilakukan sebagai respon limbah pembalut Indonesia yang mencapai 26 ton per hari.

Baca juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia, Menjadi Manusia Bikin Platform Curhat Online Tanpa Nge-judge

Wakili Indonesia di gelaran Internasional

Perlu diketahui, Difa Ayatullah adalah mahasiswa program studi fisika yang menjadi pemenang Falling Walls Lab Indonesia 2022. Gelaran tersebut adalah kompetisi untuk mengatasi suatu permasalahan lingkungan.

Difa pun mengusung konsep pembalut organik yang dibuat dengan material biodegradable yang ramah lingkungan.

Sebagai pemenang Falling Walls Lab Indonesia, Difa pun akan mewakili Indonesia dalam gelaran Final Falling Walls Lab yang akan diadakan di Jerman pada 7-9 November.

“Konsep idenya muncul karena keresahan pribadi, bahwa ternyata kita menghasilkan sampah pembalut sebanyak itu. Apalagi waktu menemukan infografis yang menyatakan bahwa satu pembalut setara dengan empat kantong plastik,” kata Difa dikutip siaran resmi ITB, Selasa (11/10).

“Apalagi untuk terurai (sampah pembalut) butuh waktu ratusan tahun, dan selama itu pula akan terus menumpuk,” sambungnya.

https://www.instagram.com/p/CjZRyqfv3Y3/

Baca juga: Rumah Jauh dari Kantor? Awas Kena Mental!

Cara kerja pembalut organik

Inovasi tersebut tersebut bekerja dengan menerapkan dua prinsip.

Pertama, material absorbent layer berupa kapas pada pembalut konvensional diganti menjadi material plant-based sehingga memunculkan sifat organik.

Kedua, lapisan plastik di bawah pembalut dimodifikasi menjadi material bioplastic sehingga tidak akan mencemari lingkungan.

Your thoughts? Let us know!