Akibat konflik militan bersenjata yang tak kunjung usai.
Apa yang Terjadi di Kongo Saat Ini?
Republik Demokratik Kongo menjadi salah satu negara yang kini tengah menghadapi konflik antara pemerintah dengan militan pemberontak.
- 1.545 anak: Direkrut dan digunakan oleh kelompok bersenjata di Kongo pada 2022.
- 450 ribu orang: Harus mengungsi dari Provinsi Kivu Utara akibat bentrok antara militan bersenjata dan pasukan pemerintah Kongo dalam beberapa pekan terakhir.
- 3.000 Laporan Pelanggaran HAM: yang terjadi di Kongo pada Oktober menurut data Komisi Tinggi Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) dan beberapa partner-nya.
Kata PBB Soal Konflik di Kongo
“Krisis kemanusiaan ini (di Kongo) menjadi salah satu yang paling terabaikan di dunia. Populasi pengungsi yang saya kunjungi, hidup dalam kondisi yang sangat berbahaya,” ujar Kepala Misi PBB di Republik Demokratik Kongo (MONUSCO) Bintou Keita dalam siaran pers PBB pada 29 Maret 2023.
(via Giphy)
Apa Penyebab Konflik Kongo Saat Ini?
Menurut keterangan organisasi non-profit Human Rights Watch (HRW), salah satu penyebab terjadinya konflik di Kongo adalah kemunculan militan pemberontak M23. Mereka dikabarkan telah melakukan berbagai tindak pelanggaran HAM seperti pembunuhan di luar hukum, pemerkosaan, dan kejahatan perang yang nyata sejak akhir 2022.
“Serangan dengan senjata peledak di berbagai area penduduk di Provinsi Kivu Utara telah membunuh dan melukai warga sipil, menghancurkan infrastruktur, dan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan. Kelompok bersenjata yang melawan M23 juga melakukan pemerkosaan,” bunyi pernyataan HRW pada 13 Juni 2023.
Sejarah Konflik Kongo
1994
Terjadi pembunuhan massal di Rwanda selama sekitar 100 hari dari April sampai Juli. Genosida ini dilakukan oleh ekstremis suku mayoritas Hutu yang ingin membunuh etnis minoritas Tutsi dan Hutu moderat di negara itu.
1996
Sebanyak 6 juta orang tewas imbas konflik di wilayah timur Kongo. Di tahun itu, terjadi Perang Kongo Pertama yang timbul setelah peristiwa Genosida Rwanda.
Akibat genosida ini, hampir 2 juta pengungsi Hutu masuk ke Kongo dan kebanyakan berada di kamp pengungsian di Provinsi Kivu Utara dan Kivu Selatan. Namun, ada pula beberapa ekstremis Hutu yang masuk ke Kongo buat bikin aktivitas militan.
Pasukan Rwanda kemudian meluncurkan invasi ke Zaire (kini disebut Kongo). Pemerintah Rwanda kala itu membenarkan tindakan mereka dengan mengatakan kelompok Hutu di wilayah utara Kongo masih menjadi ancaman populasi Tutsi mereka. Pasukan Rwanda berkoalisi dengan pihak oposisi pemerintah Kongo dan memenangkan perang.
1998
Perang Kongo Kedua terjadi kala hubungan pemerintah Kongo dan Rwanda memanas. Laurent Kabila, yang kala itu memegang kursi pemerintahan Kongo, berupaya mengurangi persepsi bahwa Rwanda berpengaruh atas kemenangannya di Kongo dan membuatnya berkuasa.
Kabila kemudian memerintahkan seluruh pasukan asing keluar dari Kongo dan mengizinkan kelompok bersenjata Hutu mengatur perbatasan. Tindakan ini direspons Rwanda dengan menginvasi Kongo.
Namun, pada 2001 Laurent Kabila dibunuh dalam upaya pemberontakan. Sementara itu, anak Kabila, Joseph Kabila, lalu naik takhta.
Pada 2000-an
Muncul pula militan pemberontak yang disebut Gerakan 23 Maret (M23), yang kebanyakan anggotanya adalah etnis Tutsis.
Pada 2012-2013
M23 memegang kekuatan di wilayah Timur Kongo. Pemerintah Kongo menuduh pemerintah Rwanda mendukung militan itu.
Akibat konflik ini, PBB menurunkan brigade untuk membantu Kongo melawan M23. M23 lalu menghentikan kampanye mereka pada 2013. Meski begitu, bukti dukungan Rwanda terhadap M23 menyebabkan kerusakan jangka panjang terhadap hubungan Rwanda dan Kongo.
Pada 2022
M23 kembali muncul dan mendapatkan kontrol atas wilayah Provinsi Kivu Utara. Pemerintah Kongo menuduh pemerintah Rwanda membayar dan mendukung kembalinya M23. Namun, pemerintah Rwanda menuduh Kongo mendukung ekstremis Hutu dan menambah pasukan mereka di Kongo.
Sumber: Organisasi Non-Profit Council on Foreign Relations (CFR).
(via Giphy)
Kongo Negara Kaya Sumber Daya Alam, Tapi Rakyatnya Miskin
Kongo sendiri merupakan negara terbesar di wilayah Afrika Sub-Sahara (SSA). Kongo dikarunia sumber daya alam yang banyak, seperti kobalt dan tembaga. Meski begitu, rakyat Kongo tak mendapatkan keuntungan atas kekayaan ini. Sejarah konflik yang panjang dan ketidakstabilan politik, dan pemerintah otoriter membuat negara itu mengalami krisis kemanusiaan.
Kongo juga masuk sebagai salah satu dari lima negara termiskin di dunia. Pada 2022, hampir 62 persen warga Kongo hidup dengan pendapatan kurang dari USD2,15 (Rp33 ribu) per hari.
Tak hanya itu, pertambangan di Kongo memiliki peran penting dalam membiayai kelompok bersenjata. Pengambilan sumber daya alam tersebut menambah beban pada keanekaragaman hayati di negara itu, diperparah dengan terjadinya perburuan liar, polusi, penggundulan hutan, dan erosi tanah.
Sumber: World Bank dan United Nations Environment Programme (UNEP)
(via Giphy)
TL;DR
Meski memiliki kekayaan alam yang melimpah, Kongo menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Ini disebabkan karena negara itu kerap memiliki konflik dengan militan bersenjata dan sejarah konflik berkepanjangan dengan negara tetangganya, Rwanda.
What are your thoughts? Let us know!
(Photo courtesy by Shutterstock & PBB)
-
Hamas Undang Elon Musk ke Gaza Untuk Lihat Kerusakan di Gaza
-
Wabah “Pneumonia Misterius” Landa China, Apa Penyebabnya?