Para peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) University dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) berhasil menerapkan inovasi, yakni teknologi In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung yang dapat dilakukan pada hewan, khususnya badak.
IPB University luncurkan program bayi tabung untuk hewan sebagai upaya melindungi hewan langka
Pada Senin, 16 Desember 2024, IPB University melalui Direktorat Riset dan Inovasi (DRI) pada Pekan Riset dan Inovasi, meluncurkan inovasi IVF untuk satwa di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, Jawa Barat.
Para peneliti di IPB University membuktikan jika program bayi tabung ternyata tak hanya dapat dilakukan kepada manusia.
Teknologi bayi tabung dikembangkan agar bisa dilakukan pada hewan, yang bertujuan untuk menyelamatkan satwa langka dan dilindungi misalnya badak.
Arahan dari pemerintah lewat Kementerian Kehutanan untuk selamatkan spesies badak Sumatera
Dalam penemuan ini, tim IPB University yang terdiri dari peneliti SKHB yang bekerja sama dengan peneliti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), mendapat arahan dari pemerintah melalui Kementerian Kehutanan untuk menyelamatkan spesies badak Sumatera.
Upaya penyelamatan badak Sumatera tersebut dilakukan dengan cara bayi tabung melalui teknologi reproduksi bantuan atau assisted reproductive technology (ART) dan BioBank.
“Upaya pembuatan embrio secara in vitro (di luar tubuh) badak sumatera dilakukan dengan cara pengumpulan telur dan sperma di lapangan, dilanjutkan dengan pembuahan dengan metode injeksi sperma tunggal (injeksi sperma intracytoplasmic/ICSI),” kata salah satu peneliti, Prof. Arief Boediono dalam pernyataan resminya yang dilansir pada Kamis, 19 Desember 2024.
Bagaimana cara kerja dari inovasi bayi tabung untuk hewan yang diterapkan peneliti IPB University?
Arief mencontohkan sapi yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH), satu ekor sapinya mati secara anatomis. Namun ovarium (dari sapi betina) dan testis (dari sapi jantan) masih berpotensi sebagai sumber sel gamet (telur, sperma).
“Sel telur dapat diambil dari ovarium sapi yang baru mati untuk produksi embrio secara in vitro. Embrio yang dihasilkan bisa ditransfer untuk menghasilkan anakan dari induk yang sudah mati,” ujarnya.
Pengumpulan telur dapat dikumpulkan dari hewan yang masih hidup sehingga dapat dilakukan berulang kali tanpa harus menunggu hewan tersebut mati. Teknologi ini dikenal dengan sebutan ovum pick up (OPU).
Selanjutnya telur yang berhasil didapat tersebut dibuahi dan dikultur secara in vitro hingga diperoleh embrio yang berpotensi menjadi pedet.
Upaya penyelamatan satwa langka dan dilindungi ini tidak hanya untuk badak sumatera, harimau, anoa, dan lainnya dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tersebut.
Embrio yang dihasilkan dapat langsung dipindahkan jika ada penerimanya, atau embrio dibekukan dan disimpan dalam nitrogen cair (-196 oC), yang dapat digunakan kapan saja jika ada penerima yang siap.
Proses pembuahan pada mamalia menggunakan mikromanipulator
Arief menjelaskan pada dasarnya proses pembuahan pada mamalia hanya membutuhkan satu sperma untuk membuahi satu sel telur.
Menggunakan mikromanipulator, sperma terpilih disuntikkan langsung ke sitoplasma sel telur, meniru proses pembuahan alami.
“Selanjutnya embrio yang dihasilkan akan dibekukan hingga suatu saat dapat diperoleh penerimanya,” imbuhnya.
Selain untuk menyimpan sperma, sel telur, dan embrio, fasilitas BioBank juga digunakan untuk membekukan sel somatik yang dapat digunakan sebagai sumber sel donor dalam program kloning.
Let uss know your thoughts!
Feature Image Courtesy of Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan