Demi hindari konflik dengan manusia
Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) usulkan pembangunan jalam layang untuk perlintasan gajah.
Langkah ini dianggap perlu dilakukan untuk menyiasati konflik hewan tersebut dengan manusia.
Baca juga: Krisis Populasi, Rusia Berikan Rp250 Juta Buat Ibu yang Mau Punya 10 Anak
Fasilitasi daya jelajah gajah
Gagasan ini dikonfirmasi oleh peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN Hendra Gunawan.
“Kantong-kantong habitat ini juga jangan sampai terfragmentasi oleh pembangunan infrastruktur seperti jalan raya. Jika terpaksa harus terfragmentasi oleh jalan, maka perlu dibuat koridor penghubung, dengan cara misalnya jalan dibuat sebagai flyover,” ujar Hendra lewat siaran resmi BRIN, Rabu (17/8).
Salah satu caranya adalah dengan pembangunan eco bridge di atas jalan atau gorong-gorong besar (culvert).
Hal ini memang tergolong penting untuk dilakukan. Pasalnya satwa liar seperti gajah sumatera dikenal memiliki daya jelajah yang luas karena tubuhnya yang besar. Bahkan hewan tersebut mampu melintasi provinsi.
Baca juga: Kekerasan Terhadap Hewan Pertanda Penyakit Mental
Bukan kali pertama fasilitasi gajah
Jika betulan terealisasi, maka langkah ini bukan kali pertama pemerintah memfasilitasi habitat hewan di pembangunan infrastruktur.
Pada tahun 2020 lalu, Tol Trans-Sumatera yang menghubungkan Pekanbaru-Dumai (Permai) juga dibangun dengan terowongan khusus untuk gajah.
Dengan demikian, pembangunan tol tidak akan mengganggu habitat asli hewan liar tersebut.
“Underpass disiapkan agar jalur jelajah gajah tidak terputus, dengan demikian biodiversity Sumatra akan terpelihara,” jelas Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto, melalui siaran pers, Jumat (25/9/2020).
“Untuk merancang jalur pelintasan gajah melalui underpass tersebut, Hutama Karya berkoordinasi dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau.”
Your thoughts? Let us know!