Resesi Global, apa maksudnya?
Mulai dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bank Dunia, hingga para petinggi negara kita sudah memberi peringatan tentang munculnya ancaman resesi global pada tahun 2023.
Sebagai gambaran, resesi merupakan kondisi perekonomian yang memburuk dari segi Produk Domestik Bruto (PDB) dalam kurun waktu tertentu.
Melansir Badan Pusat Statistik, PDB merupakan jumlah nilai tambah produksi barang dan jasa di suatu negara. Ringkasnya, PDB adalah angka yang merangkum semua nilai ekonomi barang dan jasa dalam sebuah negara.
PDB jadi tolak ukur perkembangan ekonomi nasional maupun antar negara. Makin tinggi PDB, artinya angka produksi juga tinggi, bisa dianggap negara pun makin sejahtera, vice versa.
Melansir Investopedia, efek yang paling kelihatan dari resesi adalah makin banyaknya pengangguran dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan.
Hal ini terjadi saat aktivitas ekonomi yang makin loyo di berbagai bisnis dan perusahaan.
Yakin banget ini bakal terjadi?
Ngomongin soal uang, Presiden Bank Dunia, David Malpass sempat kasih kita warning kalau inflasi karena konflik Rusia-Ukraina masih terus jadi masalah yang nggak kelar-kelar.
Gara-gara konflik tadi, bahkan negara maju kena imbasnya. Pertumbuhan ekonomi mereka makin lambat. Belum lagi, dunia masih mencoba pulih dari efek pandemi Covid-19.
Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan, tiga wilayah ekonomi utama (Eropa, China, Amerika Serikat) sedang dalam keadaan yang nggak baik-baik aja.
Dari situlah mulai tercium bau-bau terjadinya resesi global.
Di Indonesia sendiri, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mulai memperingatkan kita buat bersiap-siap dan tetap kuat menghadapi ‘tekanan ekonomi’ yang bakal terjadi 4-6 bulan ke depan.
Bagaimanapun, menurutnya Indonesia saat ini tetap berada di titik terang di antara ekonomi global yang makin parah.
https://www.instagram.com/p/CjkFmT3OBj-/
Resesi dan Gen Z
Menurut Generation Theory oleh Graeme Codrington dan Sue Grant-Marshall, Generasi Z adalah kita-kita yang lahir pada tahun 1996-2009.
Di usia inilah rata-rata Gen Z baru masuk di dunia kerja dan memulai kariernya. Itulah kenapa mental Gen Z dalam berkarier bakal ‘ditatar’ saat resesi benar-benar terjadi.
Melansir Forbes, anak-anak Generasi Z yang baru ‘nyemplung’ ke dunia kerja mungkin belum punya banyak aset untuk dilindungi. Bagaimanapun, ada mimpi-mimpi yang mau dicapai.
Makanya, ada beberapa cara untuk tetap bertahan menghadapi resesi global. Cara paling simple-nya ya berhemat untuk bisa nyisihin uang buat dana darurat.
Pasalnya, nggak ada yang tau masalah keuangan apa yang bakal terjadi.
Nggak cuma itu, CEO NSLS pun sempat membagikan beberapa tips untuk kita bersiap-siap. Beberapa poin pentingnya, yaitu harus tetap ‘eksis’ di dunia digital, seperti nge-update portofolio, dll.
Hal penting lainnya adalah dengan membangun network yang baik. Dengan begitu, kita dikelilingi sama orang-orang yang juga berjuang menghadapi resesi.
Terakhir, yaitu banyak-banyakin pengalaman kerja, salah satunya bisa dengan freelance. Dari situlah kita bisa makin belajar soft skill yang belum kita pelajari sebelumnya.
What are your thoughts? Let us know!