Greenpeace Indonesia menyebut luas lahan deforestasi hutan di Indonesia dalam lima tahun terakhir mencapai 2,13 juta hektare (ha). Luas itu setara degnan 3,5 kali lipat luas Pulau Bali, mengutip CNN.

Arie Rompas, selaku Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia bilang bahwa ini berujuk data yang pemerintah miliki.

Apakah ini layak disebut penurunan signifikan?” tanyanya secara retoris lewat keterangan tertulis, Rabu kemarin.

Deforestasi hutan di Indonesia mencapai 3,5 kali Pulau Bali totalnya

Selama 5 Tahun Terakhir, Hutan di Indonesia Menghilang Seluas 3,5 Kali Pulau Bali
via Gif Abyss

Secara rinci, deforestasi yang terjadi pada hutan di Indonesia tahun 2015-2016 yaitu 629,2 ribu ha. Sementara itu, pada periode 2016-2017 ada 480 ribu ha, dan 439,4 ribu ha pada periode 2017-2018.

Kemudian, 462,5 ribu ha pada 2018-2019, dan 115,5 ribu ha pada periode 2019-2020. Penurunan di periode 2019-2020 terjadi karena adanya kebijakan untuk menghentikan semua izin baru di lahan gambut dan hutan primer, melansir Detik.

Walau begitu, kalau kita total jumlahnya, luas deforestasi selamam lima tahun terakhir ini mencapai 2,13 juta ha yang setara dengan luas 3,5 kali lipat luas Pulau Bali.

Ini bukan prestasi, Pemerintah harus menanggapi dengan serius

Selama 5 Tahun Terakhir, Hutan di Indonesia Menghilang Seluas 3,5 Kali Pulau Bali
via Giphy

Hutan yang hilang di Indonesia selama lima tahun terakhir, kata Arie, bahkan sudah mencapai separuh dari yang terjadi sepanjang 12 tahun sebelumnya (2003-2014), yakni 4,19 juta ha.

Namun demikian, pemerintah belakangan ini mengklaim penurunan laju deforestasi sebagai prestasi dalam agenda COP26. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya mengklaim turun drastisnya angka ini karena pemerintah telah berkomitmen untuk peduli lingkungan hidup.

Menurut Arie, ini terkesan menyamarkan fakta yang terjadi di lapangan, dan naif apabila pemerintah menganggap hal tersebut sebagai prestasi.

Ia pun meminta supaya pemerintah benar-benar membuktikan komitmennya, alih-alih sekadar berusaha menampilkan citra baik di kancah global.

Sebaik-baiknya komunikasi pemerintah dipoles, tidak akan mampu menutui realitas dan masalah di lapangan,” ungkapnya.

Baca juga: