Teknologi kloning suara, sejuta kemungkinan

Cukup lewat rekaman suara pembicaraan seseorang, teknologi kloning suara bisa membuat replika suara untuk mengucapkan kata atau kalimat lainnya.

Software ini berasal dari program komputer untuk membuat tiruan sintetis suara orang lain sesuai kebutuhan.

Kemampuan semacam ini pastinya sangat bermanfaat untuk para aktor (terutama pengisi suara) untuk mengatur aksen, nada, bahkan untuk menerjemahkan ke bahasa lain. Melansir artikel BBC, teknologi ini bahkan juga bisa mengatur penggambaran emosi pada suara.

Salah seorang aktor asal Texas bernama Tim Heller bisa melakoni berbagai karakter kartun, narator audiobook, pengisi suara trailer, bahkan videogame. Karena adanya teknologi ini, ia bisa mengerjakan dua proyek sekaligus dengan kloningan suaranya.

Dari CEO perusahaan kloning suara

Rupal Patel, CEO perusahaan teknologi klonign suara
Rupal Patel (via BBC)

Untuk mengkloning suara serta menyuntingnya, Heller menggunakan jasa berbasis di Boston bernama VocaliD. Perusahaan tersebut merupakan satu di antara banyaknya perusahaan lain yan gberkembang di bidang teknologi kloning suara.

Rupal Patel, selaku CEO, mendirikan bisnis itu pada 2014. Menurutnya, teknologi yang berdasar pada kecerdasan buatan yang bisa ‘belajar’ dan beradaptasi itu mengalami kemajuan besar dalam beberapa tahun terakhir.

Ada pula perusahaan lain, Resemble AI asal Kanada yang mengaku bisa membuat tiruan suara bahasa Inggris ke 15 bahasa lainnya. CEO-nya, Zohaib Ahmed mengatakan, untuk mendapat hasil suara yang berkualitas, software setidaknya perlu rekaman seseorang selama 10 menit.

Teknologi canggih, fasilitas bagi penjahat siber?

Teknologi Kloning Suara Jadi Kesukaan Aktor dan Penjahat Siber, Secanggih Apa?
via Giphy

Teknologi kloning suara secanggih ini pasti punya risikonya tersendiri. Yang jadi kekhawatiran adalah bahwa teknologi ini bisa digunakan dalam kejahatan siber.

Mengutip BBC, pakar keamanan siber Eddy Bobritsky mengatakan bahwa ada risiko keamanan yang besar dari suara sintetis itu. Ia menyatakan, panggilan telepon yang mengatasnamakan orang lain merupakan celah bagi kejahatan siber.

Ternyata, 2019 lalu sempat terjadi kasus penipuan sebesar €220.000, atau sekitar Rp4,4 miliar lebih. Yang jadi korban adalah seorang manajer asal Inggris yang ditipu oleh seseorang menggunakan suara kloningan bosnya.

Canggih, Tapi bahaya juga ya!

Baca juga: