Pemerintahan Donald Trump telah menginstruksikan organisasi-organisasi di negara lain untuk menyetop penyalurkan dana obat-obatan HIV yang dibeli dengan dan bantuan Amerika Serikat (AS).
Pemerintahan Donald Trump menyetop bantuan obat-obatan hingga medis penyakit HIV di negara miskin
Arahan tersebut merupakan bagian dari pembekuan bantuan asing dengan skala cakupan yang semakin dipeluas dan sudah dilakukan sejak pekan lalu.
Pembekuan tersebut mencakup Rencana Darurat Presiden untuk Program Bantuan AIDS atau President’s Emergency Plan for AIDS Relief (PEPFAR).
Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), PEPFAR merupakan program kesehatan global yang dimulai oleh George W Bush dan dianggap telah menyelamatkan lebih dari 25 juta jiwa di seluruh dunia sejak 2 dekade lalu.
“PEPFAR adalah inisiatif HIV terkemuka di dunia yang secara langsung mendukung lebih dari 20 juta orang yang hidup dengan HIV, mewakili dua pertiga dari seluruh orang yang menerima pengobatan HIV secara global,” demikian bunyi pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikutip pada Kamis, 30 Januari 2025.
Penyetopan dilakukan secara mendadak dan mengejutkan banyak pasien
Jadwal-jadwal konsultasi dengan dokter telah dibatalkan bahkan pasien-pasien ditolak dari klinik.
Banyak penderita HIV yang mau tak mau menghadapi pemberhentian pengobatan mereka secara mendadak.
Para pejabat AS juga telah diberitahu untuk berhenti memberikan bantuan teknis kepada kementerian kesehatan nasional.
Dampak apa yang akan timbul dari keputusan AS ini terhadap penyakit menular HIV?
Dampak utama yang akan timbul akibat penghentian pengobatan adalah tingkat virus pada orang yang menderita HIV tentunya akan melonjak dengan cepat. Hal tersebut tentunya akan melemahkan sistem kekebalan orang yang terinfeksi dan meningkatkan kemungkinan mereka menyebarkan virus ke orang lain.
Pengobatan yang terhenti juga dapat menyebabkan munculnya resistant strain yang bisa menyebar ke seluruh dunia.
Berdasarkan laporan The New York Times, sebuah studi memperkirakan bahwa jika PEPFAR berakhir, di Afrika Selatan ada sebanyak 600.000 nyawa akan hilang dalam satu dekade mendatang.
Bahkan beberapa negara miskin hampir seluruhnya bergantung pada program ini.
“Ini adalah domino lain dalam dampak buruk dari pembekuan program yang berbahaya, yang menyebabkan banyak nyawa berada dalam bahaya,” kata Jirair Ratevosian, yang menjabat sebagai kepala staf PEPFAR pada masa pemerintahan Biden sebagaimana yang dikutip dari The New York Times, Kamis, 30 Januari 2025.
Let uss know your thoughts!