Dari Sisi Sejarah dan Science
Udah jadi rahasia umum kalau ciuman sering banget digunakan manusia sebagai ungkapan cinta ataupun nunjukkin gairah seksual. Namun di beberapa wilayah, ciuman juga digunakan sebagai ungkapan sapaan.
Terlepas dari itu, why do we kiss? Pertanyaan yang sebenarnya nggak baru ini bakal coba dijawab lewat sisi science ataupun lewat kacamata sejarah.
(via Giphy)
Kalau Dari Sisi Sains Gimana?
Dilansir dari Healthline, ciuman ternyata menimbulkan reaksi kimia di otak manusia, yakni terlepasnya hormon oksitosin. Hormon yang juga dikenal sebagai “hormon cinta” ini berpengaruh pada rasa keterikatan dan afeksi. Reaksi ini yang (mungkin) bikin manusia memberikan ciuman.
Nggak hanya itu, studi yang dirilis di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menunjukkan kalau hormon oksitosin ini sangat penting buat membantu pria menjalin hubungan dengan pasangan mereka dan tetap berada di hubungan monogami.
Kalau Dari Sisi Sejarah?
Menurut Assyriologist di Universitas Copenhagen, Troel Arboll, manusia pertama kali ditemukan berciuman bibir yakni pada sekitar 2.500 SM. Ini tampak di teks mitologi dari Mesopotamia, di mana teks itu mendeskripsikan dua dewa berciuman. “Itu pasti merupakan pertemuan seksual,” kata Arboll kepada DW.
Nggak hanya itu, Arboll menilai sebetulnya ciuman romantis bukanlah bawaan dari perilaku manusia, tapi muncul dari lingkungan sosial dan kompleks dan dimaknai sebagai perilaku berpasangan.
Ia juga berpendapat kalau ciuman tampaknya tidak bersifat universal dari sisi budaya, dan berkaitan dengan interaksi sosial yang kompleks manusia.
Sumber: DW
Gimana Ciuman Mempengaruhi Kesehatan?
Tau nggak sih? Ternyata melakukan french kiss selama 10 detik bisa membuat seseorang menyebarkan 80 juta bakteri ke mulut pasangannya. Informasi ini ditemukan dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Microbiome.
Profesor yang melakukan studi ini, Remco Kort, meminta sejumlah pasangan yang berkunjung ke kebun binatang di Belanda untuk berpartisipasi. Ia juga menemukan kalau bakteri yang ada di lidah seseorang mirip dengan bakteri yang ada di lidah pasangannya.
Sumber: TIME Magazine
Kalau Dampaknya Buat Psikologis Gimana?
- Ngurangin stres
- Ningkatin sistem imun
- Ningkatin mood
- Cara komunikasi non-verbal
- Ningkatin koneksi emosional
- Ningkatin ketertarikan
Sumber: Psychology Today
(via Giphy)
What are your thoughts? Let us know!
(Courtesy of Freepik)