Shalfa Avrila Siani, altet senam proyeksi SEA Games asal Kediri, Jawa Timur gagal berangkat mengikuti ajang olahraga besar yang berlangsung di filipina. Hal ini disebakan karena dirinya tidak displin saat menjalani tugasnya, namun yang mengherankan bahwa Shalfa dituding bahwa dirinya tidak perawan.

Hasil gambar untuk shalfa
Source: iNews

Hal ini membuat orang tuanya terkejut dan shock bahwa anaknya dituding tidak perawan.

“Saya shock, enggak habis pikir” ucap Ayu Kurniawati, orang tua dari Shalfa.

Tudingan tersebut membuat keluarga tersebut terpukul, karena dapat emmpengaruhi masa depan anaknya dan berdampak besar pada psikis Shalfa. Dirinya kerap murung, mengurung diri hingga bolos beberapa hari disekolah karena malu.

“Sekolah juga sempat bolos beberapa hari. Dia maunya pindah sekolah karena malu,” lanjut Ayu.

Ayu menceritakan masalah tersebut pada 13 November 2019 lalu, lalu Ayu menerima telepon dari tim pelatih untuk segera menjemput Shalfa. Kemudian, pihak pelatih menyampaikan alasan yang menyebabkan Shalfa tidak dianggap layak mengikuti pelatihan lagi karena berkenaa indisipliner serta soal keperawanan tersebut.

Hasil gambar untuk shalfa
Source: Sindonews

Soal keperawanan ini, menurut Ayu, juga disampaikan asisten pelatih yang menemuinya saat penjemputan SAS di Gresik. Beberapa hari setelah penjemputan tersebut, pihak keluarga menyampaikan kesiapan tes keperawanan secara medis kepada pelatih. Setelah menyampaikan kesanggupan tes tersebut, Shalfa diperbolehkan kembsali berlatih dan bahkan dinyatakan tidak dibebani lagi oleh soal tes tersebut.

Namun pihak pelatih mendadak kembali mempermasalahkan tes tersebut dan meminta adanya surat keterangan tes tresebut. Keluarga kemudian membawa pulang Shalfa dan berusaha membuktikan tes tersebut di rumah sakit milik POlri di Kediri pada 20 November 2019.

“Alhamdulillah, hasilnya selaput dara masih utuh,” ungkap Ayu yang lantas menyampaikan hasil tes itu kepada pelatih.

Tetapi pelatih menolak hasil tersebut dan menginginkan tes yang dilakukan di rumah sakit yang ada di Gresik. Pihak keluarga akhirnya menolak karena sudah sangat membebani anaknya saat menjalani tes keperawanan.Menurut Ayu, hasil tes di Kediri sudah jelas hasilnya.

“Saya enggak mau, la wong anaknya saja kesakitan dengan tes itu,” lanjutnya.

Ayu selaku orang tua dari Shalfa mengatakan bahwa dirinya tidak terbebani jika Shalfa dikeluarkan dari pelatnas. Namun yang dipermasalahkannya adalah tudingan tidak perawan. Pihsak keluarga akhirnya meminta pengacara Imam Muklas untuk memperbaiki nama sang anak. Imam Muklas juga menegaskan bahwa keperawanan bukan merupakan prasyarat seorang atlet bertanding di SEA Games.

“Dalam konteks ini, pihak keluarga, kan, menerima pemberitaan yang tidak pantas terkait virginitas,” kata Imam Muklas.

Imam Muklas juga mengatakan bahwa pihak keluarga tidak menempuh jalur hukum karena masih berupaya mendorong para pihak agar mempunyai itikad baik.

“Tujuan kita untuk mengembalikan nama baik atlet,” Imam menambahkan.

Shalfa juga cukup berprestasi membawa nama harum daerahnya. Shalfa juga mengantongi 49 sertifikat prestasi aneka kegiatan yang diraihnya saat sekolah dasar. Dirinya bahkan membawa pulang medali perunggu di acara pelajar yang berlangusng di Singapura.

“Hak-haknya sebagai atlet harus dikembalikan,” tegasnya. Jika itu tidak ada solusi, maka Imam juga sudah mempersiapkan langkah hukumnya.

Pelatih Pelatnas Artistik Indra Sibarani dan Zahari Membantah Keras

Hasil gambar untuk indra sibarani

Pelatih pelatnas Artistik, Indra Sibarani mengatakan heran dengan pengakuan sang atlet Shalfa Avrila Siani.

Indra Sibarani membantah keras pengakuan Ayu tersebut. Menurut pria yang juga pelatih kepala senam Jawa Timur itu, kenyataan yang sesungguhnya, tidak seperti tuduhan pesenam asal Kediri tersebut.

Dirinya menegaskan bahwa Shalfa dikeluarkan dari anggota karena prestasi Shalfa melorot drastis dalam kualifikasi PON yang berlangsung pada 1 sampai 4 November.

Dilansir dari Jawapos.com, Indra mengatakan seharusnya Shalfa bisa menjadi juara pada nomor balance beam maupun floor. Namun, kenyataannya, Shalfa malah hanya berada di peringkat ke-13 pada balance beam dan nomor tujuh di nomor floor. Fakta ini sangat mengecewakan tim pelatih.

Nggak berprestasi, dibawa SEA Games? Kok enake! Kalau prestasi tinggi nggak apa, tapi masuk final SEA Games saja belum tentu kok,” kata Indra dikutip dari Jawapos.com

Zahari. pelatih pelatnas artistik putri juga kesal dan marah dengan hasil tudingan dari Shalfa. Zahari sendiri yang menuliskan mengapa Shalfa dikeluarkan dari pelatnas dan digantikan oleh Yogi Novia Laila Ramadhani.

Dalam surat tersebut, terdapat empat alasan yang mendasari mengapa Shalfa akhirnya tidak masuk skuad SEA Games 2019.

1. Shalfa tidak disiplin dalam istirahat. Dirinya tidak mammpu mengatur pola makan dengan baik sehingga berat badannya tidak terjaga. Shalfa juga melanggar peraturan asrama, pada terjadinya penurunan performanya sebagai altet nasional.

“Saat PraPON saya sudah ngomong ke dia. Sebagai atlet pelatnas, jangan sampai kalah dengan non-pelatnas. Ternyata penampilannya jelek. Terus setelah itu kami punya aturan bahwa setiap atlet tidak boleh keluar malam, tidak boleh pacaran, dan tidak boleh menginap di rumah cowok. Di situlah dia melakukan tindakan indisipliner,” kata Zahari, kata-kata Zahari tajam. Mimiknya keras, terlihat sangat geram.

2. Zahari juga mendapatkan laporan bahwa Shalfa sempat izin keluar malam untuk kerja kelompok dan memakai jasa transportasi online. Namun, Shalfa justru dijemput  oleh pacarnya.

“Lalu dia pergi ke Malang sama cowoknya. Kami nggak tahu apa yang dia lakukan. Pamit juga nggak!” kata Zahari dengan nada tinggi.

Zahari juga mempetanyakan isu soal keperawanan bisa mencuat dan jadi konsompsi publik. Padahal alasan utama Shalfa dikeluarkan dari pelatnas.

Saya emosi. Kenapa dia malah membuka soal cerita perawan, padahal kami berupaya membackup biar nggak keluar. Itu masalah internal Jatim, tidak ada kaitannya sama pelatnas. Dalam surat itu juga nggak ada kata perawan!” ucap Zahari.

Selain itu, Indra Sibarani juga mengatakan bahwa dirinay tidak punya tenaga untuk mengawasi anaknya yang suka kabur saat malam. Dirinya juga mengatakan bahwa jika terus dipertahankan, bagaimana jika Shalfa hamil?

“Kami lalu kembalikan ke orang tuanya supaya anak ini selamat. Kami nggak punya tenaga lebih untuk mengawasi anak yang suka kabur malam dan pulang pagi. Coba kalau kami pertahankan, terus terjadi sesuatu misalkan dia hamil gimana hayo?” timpal Indra Sibarani.

 

Image Source: [Bola]

Baca juga: Langgar Aturan Doping Atlet, Indonesia Terancam Tak Bisa Kibarkan Bendera Merah Putih