Benterng Keraton Buton, terluas di dunia
Benteng Keraton Buton, atau yang sering disebut Benteng Wolio ternyata merupakan benteng paling luas di dunia.
Bangunan itu terletak di Desa Wisata Limbo Wolio, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.
Sebagai benteng terluas dunia, Keraton Buton pernah mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guinness Book Record pada September 2006.
Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, luas bangunan ini mencapai 23,375 hektar. Selain itu, ada pula 12 pintu gerbang (Lawa) dan 16 emplasemen meriam bernama Baluara.
https://www.instagram.com/reel/CelAP_Tj1v3/?utm_source=ig_embed&ig_rid=efe85d5e-063c-4f0b-b2f0-6e60e13e8698
Begini sejarahnya!
Indonesia memang merupakan negara yang penuh akan histori. Tak cuma jadi yang terluas di dunia, Benteng Keraton Buton pun menyimpan sejarah panjang.
Pembangunan benteng ini mulai pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III, La Sangaji dengan gelar Sultan Kaimuddin.
Terbentuk dari tumpukan batu yang mengelilingi kompleks istana, pembangunannya bertujuan untuk membatasi area dengan perkampungan masyarakar, sekaligus benteng pertahanan.
Pada masa pemerintahan Sultan Buti IV, La Elangi (Sultan Dayanu Ikhsanuddin), barulah tumpukan batu itu dibangun secara permanen demi eksistensi kerajaan.
Karena benteng itu, Kesultanan Buton pun bisa bertahan dan terhindar dari para musuh selama lebih dari empat abad.
Menyimpan arsitektur yang unik
Di puncak bukit dengan jalan terjal, berdiri kokoh benteng dengan pertahanan yang baik. Sampai sekarang, bangunan itu pun masih berdiri dengan gagah, walau usianya sudah ratusan tahun.
Benteng Keraton Buton punya arsitektur yang unik. Terbuat dari batu kapur atau gunung, bebatuan ini tersusun secara melingkar.
Selain itu, benteng ini terdiri dari tiga komponen, yaitu badili (meriam), lawa (pintu gerbang), dan baluara (bastion atau benteng).
Meriam yang masih tersimpan di benteng merupakan bekas senjata Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda. Sementara,12 lawa yang ada di benteng ini mewakili jumlah lubang yang ada di tubuh, sehingga bangunan itu diibaratkan sebagai tubuh manusia.
Terakhir, baluara yang ada di sana diperkirakan sudah dibangun sebelum benteng didirikan, dengan bentuk berbeda-beda, sesuai kondisi lahannya.
What are your thoughts? Let us know!
-
Riset: 1 dari 3 Orang Indonesia Mageran alias Kaum Rebahan
-
Tes PCR Jadi Syarat Perjalanan Lagi? Begini Respon Satgas
-
Money Heist Korea Bukan Cuman Adaptasi, Ini 3 Fakta Menariknya!
(Image: via Antara)