Keluhan masyarakat soal kenaikan listrik sempat viral di sosial media.

Sekitar awal bulan April 2020, banyak masyarakat yang mengakut terkejut dengan lonjakan tagihan listrik PLN. Kenaikan tersebut dialami oleh para pelanggan listrik pascabayar dan dinilaik tidak wajar.

Secara penggunaan memang sebagian banyak aktifitas dilakukan di rumah, sehingga secara matematika memang ada peningkatan pemakaian listrik.

PLN naikan tarif secara diam-diam

Meskipun demikian kenaikan konsumsi listrik di rumah tangga yang terjadi akibat Work From Home (WFH) hanyalah sekitar 30 persen. Pelanggan mengeluh karena kenaikan yang mereka alami cenderung lebih dari 30 persen, bahkan ada yang sampai mencapai 2 kali lipat dari tagihan normalnya.

Atas apa yang terjadi, PLN pun dituding menaikan tarif secara diam-diam!

Konfirmasi PLN atas tudingan tersebut

PLN menegaskan bahwa tidak ada kenaikan tarif listrik, tapi pihaknya memang mengaku ada tambahan tagihan listrik di bulan April dan jika diperhatikan, sejak awal bulan Maret, PLN sudah tidak lagi mengirimkan petugas lapangan yang biasa bertugas mencatat meteran.

via Kumparan / Dok.PLN

Langkah tersebut merupakan upaya pencegahan penyebaran virus corona, untuk mengganti metode tersebut, kemudian PLN memilih untuk menagih sesuai rata-rata pemakaian setiap pelanggan dalam 3 bulan terakhir. Jadi tagihan listrik di bulan Maret sesuai dengan rata-rata pemakaian 3 bulan sebelumnya.

Pemakaian listrik di bulan Maret meningkat karena pembatasan sosial, artinya ada kelebihan pemakaian yang belum dibayar karena PLN hanya menagih sesuai rata-rata pemakaian 3 bulan terakhir di mana biasa aktivitas masyarakat masih normal dan belum banyak kegiatan di rumah. Kelebihan tersebut kemudian diakumulasikan PLN ke tagihan bulan April yang kemudian dikeluhkan masyarakat.

Alasan kenapa tagihan bengkak di April

Salah satu alasannya adalah memang konsumsi listrik yang bertambah seiring dengan banyaknya masyarakat yang Work From Home ataupun School From Home dan hal tersebut ditambah dengan sisa tagihan di bulan Maret yang sudah dijelaskan di atas.

Jadilah bengkak!

via Warta Nasional

Seperti dikutip dari Kumparan, dalam konfrensi pers, I Made Suprateka selaku VP Corporate Communication and CSR PLN menjelaskan ‘Misalnya rata-rata pemakaian sebulan 50 kWh, tapi sejak Maret intensitas meninggi menjadi 70 kWh. Jadi real-nya yang di konsumsi pelanggan adalahn 70 kWh, tapi ditagihnya 50 kWh dan berarti ada sisa 20 kWh yang belum tertagih. Ini di bebankan ke bulan April.’ begitu tuturnya.

‘Saat mereka pembayaran, itu ada 20 kWh yang terbawa ke tagihan Mei yang merupakan penggunaan April. Jadi 90 kWh. Jadi 90 kWh, di sana tercatat 90 kWh plus 20 kWh yang carry over dari bulan Maret. Jadi muncul tagihan 110 kWh dan seolah-olah tinggi. Ada konsumsi carry over 20 kWh di Maret dan ada peningkatan 40 kWh di April.’ begitu lanjutnya.

Seolah-olah ini naik 2 kali lipat dan menjadi polemik yang perlu diingat adalah ini bukan karena kenaikan tarif listrik dan PLN tidak bisa menaikan listrik secara semena-mean terutama saat kondisi seperti ini, begitu lanjut Made.

Made juga meminta para pengguna untuk tidak khawatir karena semua akan diperhitungkan, ‘itu akan kita perhitungkan, kan kita itu kumulatif.’ begitu tutupnya. PLN juga akan bertanggung jawab jika tagihan listrik terlalu tinggi dan tidak sesuai pemakaian, kelebihan bayar akan memotong tagihan di bulan berikutnya.

Source  : Kumparan

Wah untuk aku listrik pulsa, jadi lebih bisa dipantau.