Sarah Gilbert, perempuan penemu vaksin AstraZeneca

Seorang ilmuwan perempuan bernama Sarah Gilbert baru-baru ini mendapat sambutan hangat dan standing ovation. Pasalnya berkat Sarah dan ilmu sainsnya, dunia mengapresiasi temuan vaksinnya di tengah pandemi.

Padahal dalam sebuah wawancara bersama BBC, ia mengaku sempat ingin lepas dan meninggalkan sains pas melanjutkan studi doktoralnya. Ia merasa, sains gak sesuai dengan keinginannya.

Sarah Gilbert

Pakar influenza

Sarah gilbert, ahli vaksin Inggris dan profesor vaksinologi pada University of Oxford. Ia terkenal dari kepakarannya pada bidang pengembangan vaksin untuk melawan influenza dan pantogen virus yang baru muncul.

Wanita kelahiran 1962, Kettering, Northamptonshire ini gak berasal dari keluarga sains atau dokter. Ia lahir dari seorang ayah yang berprofesi sebagai manajer toko sepatu dan ibunya seorang guru bahasa inggris.

Ia memulai karirnya setelah mendapatkan gelar doktor dan mulai mengerjakan desain dan pembuatan vaksin untuk berbagai virus influenza. Setelah sempat bekerja sebagai peneliti dan bergabung dengan perusahaan biofarmasi serta laboraturium.

Pada awal 2011, ia memimpin pengujian vaksin flu universal. Namun vaksin tersebut gak konvensional karena gak merangsang produksi anti-tubuh, melainkan produksi sel-T untuk melawan flu.

Kemudian ia lanjut memimpin uji coba pertama vaksin Ebola pada 2014 yang lanjut dengan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS).

Sarah Gilbert

Melibatkan alumni ITB

Sarah juga melibatkan seorang mahasiswa dari Indonesia, alumni ITB, dalam proyek pembuatan vaksin AstraZeneca. Sebuah video berjudul “The Oxford Vaccine: Meet The Team Behind The Breakthrough”, diunggah pada Youtube Deutsche Bank pada Februari lalu.

Dalam video tersebut, mahasiswa Indonesia, Indra Rudiansyah, yang lagi menjalani program S3, Clinical Medicina, Jenner Institute, Universitas Oxford menjelaskan kepakarannya. Ia membagikan ceritanya yang fokus pada pengembangan vaksin untuk penyakit menular, seperti HIV, ebola, dan penyakit-penyakit lainnya yang berpotensi menimbulan pandemi.

Terima kasih prof!