Google Street View (GSV) dikomplen warga Tanggerang bernama Khairul Anam usai menfoto kompleks rumah yang disebutnya melanggar hak privasi.

Khairul membeberkan bahwa petugas dari GSV membawa surat izin dukungan dari Kantor Staf Kepresidenan (KSP). “Saat itu ada mobil Honda HR-V masuk kompleks, lengkap dengan kamera dan lain-lain. Waktu saya tanya, dia mengaku sudah izin satpam, tapi mereka tidak tahu apa-apa soal mobil GSV. Saat saya minta surat izin, dia menyodorkan surat dukungan dari deputi KSP,” tutur Khairul seperti dilansir Detik.com.

Google Street View langgar privasi?

Lebih lanjutnya, Khairul menerangkan surat yang ditunjukan petugas diteken oleh Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Eko Sulistyo pada 10 Agustus 2018. Namun saat ini, Eko sudah tidaklagi menjabat.

“Siapa yang mengeleuarkan endorse agar @googleindonesia ‘bebas’ memfoto sembarang tempat? Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Eko Sulistiyo. Surat itu diteken 10 Agustus 2018. Sutar itu kita juga foto, @Googleindonesia #GoogleLanggarPrivasi,” tuturnya.

Google Street View Dikomplen Warga Tangerang, Ini Alasannya!
via JMC IT Consultant

Anehnya, surat itu sebenarnya berupa dukungan Google untuk melaksanakan GSV dalam rangka Asian Games 2018. Khairul mengaku heran apa kaitan kompleks yang dihuni dengan event itu?

Itu dukungan Google buat menjalankan GSV dalam rangka mensukseskan Asian Games 2018. Lantas apa hubungannya dengan kompleks saya,” lanjutnya.

Tidak terima dengan hal itu, Khairul kemudian meminta GSV menghapus foto kompleksnya. Namun pada hari berikut, Khairul mendapati kompleksnya sudah masuk Google Street View lengkap dengan detail jalan dan teras rumahnya.

Tidak meminta izin penghuni kompleks

“Saya minta dia hapus hasil foto, dan dia setuju karena itu bukan jalan umum. Kompleks saya gerbang tunggal, hanya 20 rumah, bukan jalan umu. Awalnya kupikir masalah selesai, tapi kemarin orang kompleks memberitahu kalau sudah masuk Google Street View. Bahkan lengkap dengan detail jalan, teras rumah, dan lainnya,” lanjut Khairul.

Karena tidak memiliki jalan tembus dan hanya digunakan warga, Khairul tidak terima dengan tindakan Google. Dia menuturkan bahwa tidak ada permintaan izin untuk memotret rumahnya dan penghuni lain.

ilustrasi GSV di Indonesia

Tidak ada jalan tembus, hanya satu gerbang dan cuman untuk penghuni. Lantas kenapa Google seeenaknya memotret,” kata Khairul.

Diapun meminta Google untuk memutus akses atau menghapus hasil pemotretan kompleks tempat dirinya tinggal. “Tolong PT Kelly Service Indonesia dan @googleindonesia untuk men-take down hasil pemetaan kompleks gw. Kompleks gw bukan jalan umum dan tidak ada hubungannya sama kesuksesan Asian Games yang lo jadikan alasan buat foto-foto areal nonpublik seenaknya. #GoogleLanggarPrivasi,” imbuhnya.

Siapa yang kompleksnya masuk GSV?