Jenazah COVID-19 tergeletak depan rumah, warga takut untuk mengevakuasi

Jenazah Covid-19 tergeletak depan rumah karena gak ada warga yang berani memindahkannya. Warga setempat enggan mengevakuasi setelah mengetahui bahwa jenazah tersebut terpapar COVID-19.

Sebelumnya ada kabar bahwa jenazah ini terbengkalai gak mendapat mobil dan prosedur pemakaman covid karena antrian. Namun kemudian polisi mengofirmasi bahwa hal ini gak benar.

Kapolsek Tanjung Priok Kompol Ghulam Nabi Pasaribu membantah informasi yang sempat ramai beredar pada media sosial bahwa jenazah dibiarkan begitu saja.

Warga Ketakutan, Jenazah Penderita Covid-19 Dibiarkan Tergeletak Di Depan  Rumah, Videonya Viral
Via Kompas
Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Melonjak, Hindari Kegiatan “Tinggi Risiko” Berikut!

Kronologi

Supartini, ketua RT Setempat mengatakan, korban diketahui memiliki penyakit jantung.

“Iya kan sebelumnya sudah kena penyakit jantung ya, tadinya mau berencana berobat ke rumah sakit. Baru jalan sampai sini jatuh,” kata Supartini kepada KompasTV.

Awalnya warga menggotong korban yang tiba-tiba terjatuh. Tapi begitu tahu korban tersuspek positif COVID-19, warga pun pergi dan meninggalkan korban. Petugas gabungan kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara pun mengawasi dengan ketat lingkungan jalan menuju rumah korban.

Sebelumnya pengurus RT juga curiga dengan meninggalnya korban. Menurut informasi, anak korban sedang menjalani isolasi di hotel sejak 10 hari yang lalu.

Akhirnya pengurus RT pun meminta hasil swab PCR korban dan anaknya ke puskesmas yang dilakukan pada 11 Juni kemarin. Berdasarkan hasil tes swab PCR pun keduanya positif COVID-19.

Terkait Viral Jenazah Tergeletak di Depan Rumah di Jakut Kini Sudah  Dievakuasi

Korban tidak melaporkan bahwa terkonfirmasi positif

“Jadi korban terkonfirmasi positif tapi datanya bukan di Sunter Agung. Nah di sini korban tidak melaporkan,” kata Ghulam kepada CNN.

Menurut dugaan, korban gak melapor diri bahwa ia tersuspek covid-19 dan lagi menjalani isolasi mandiri. Jadi gak ada pengawasan dari kelurahan ataupun puskesmas setempat. Apalagi korban hanya seorang diri pada kediamannya.

Berdasarkan keterangan dari Ghulam, pihaknya langsung mengambil langkah dengan menutupi jenazah sambil menunggu tim evakuasi. Meski begitu, karena banyaknya jenazah covid-19, korban pun harus menunggu sampai mendapat prosedur pemakaman covid-19.

Pihaknya juga baru mendapat informasi pada pukul 1 siang, sementara korban baru mendapat evakuasi pada pukul 1 malam untuk dimakamkan pada TPU Rorotan.

Lebih lanjut lagi, Satgas covid-19 setempat juga langsung meminta warga setempat melakukan swab usai kejadian tersebut.

“Kita laksanakan swab dengan lingkungan sekitarnya karena kita tidak tahu ini sudah ke mana saja, jadi kemarin sampai sekarang kurang lebih ada 60 yang swab ke puskesmas,” ucap Ghulam.