Apa kabar konser musik pasca pandemi?

Tidak bisa dipungkiri, masa pandemi semakin menghambat aktivitas kita, yang tadinya bisa biasa saja menjadi tidak biasa. Sederet protokol kesehatan harus dipatuhi sekarang ini, untuk menghilangkan virus yang sebenarnya tidak kita inginkan.

Karenanya, berbagai sektor kehidupan masyarakat pun ikut terdampak. Salah satu yang dekat dengan kita adalah industri musik, dimana menjadi salah satu hiburan incaran semua orang di akhir pekan.

Alih-alih ingin mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih sehat, virus corona hadir justru memberikan lebih banyak dampak negatif bagi setiap orang.

Konser serba virtual

via CNN Indonesia

Keadaan ini mengharuskan kita menjalankan berbagai kegiatan secara jarak jauh. Begitu juga dengan konser musik yang tak lagi bisa kita datangi secara langsung dan beralih ke virtual.

Sejak Maret 2020 kemarin, menjadi awal yang berat bagi para penyelenggara acara musik untuk bisa memutar otak dalam memaksimalkan suguhan mereka supaya tetap bisa berjalan.

Berbagai konser dan festival musik pun diadakan via daring. Musik tetap bisa dirasakan, namun atmosfernya justru hilang.

Perasaan “merinding” saat mendengar musisi favorit kita bernyanyi secara langsung di hadapan kita menjadi peran penting dalam menikmati konser musik. Tapi rasanya tidak se-seru itu saat harus menikmatinya hanya dari depan layar laptop atau PC lo.

Konser virtual vs Konser live

via GNFI

Oleh karena itu, kita semakin membandingkan apakah konser virtual ini bisa senikmat saat merasakan konser live.

Seperti yang kini dilakukan Ismaya dengan acara besarnya We The Fest, mereka pun turut mengalihkan acara mereka secara virtual. Begitu juga dengan warga Twitter yang menciptakan generator festival 90-an dalam upayanya membentuk atmosfer yang kini hilang.

Jika kita biasa mengeluarkan uang untuk menikmati konser secara langsung, rasanya kita akan rela-rela saja. Selain bisa menikmati sajian musik, experience yang dihadirkan penyelenggara acara juga menjadi nilai tambah untuk pertimbangan kita membayar acara tersebut.

via Giphy

Tapi kalau keadaannya seperti sekarang, apakah lo rela mengeluarkan uang untuk menikmati sajian musik dari layar laptop?

Jujur, kalau gue sendiri yang sudah senang menikmati konser musik live sejak tahun 2010, gue agak sedikit tidak rela mengeluarkan uang untuk menikmati konser virtual. Walaupun gue tetap bisa menyaksikan penampilan musisi favorit, tapi gue merasa ada yang hilang.

Pengalaman saat bisa berinteraksi secara langsung dengan musisi dari bawah panggung dan melihat lalu lalang banyak orang di dalam venue adalah perasaan yang tidak bisa digantikan dan menjadi pertimbangan gue saat mengeluarkan uang untuk menikmati sebuah acara musik.

Konser musik pasca pandemi

via Mata Mata Musik

Saatnya kita berandai-andai. Jika pandemi ini telah berakhir, apa yang akan terjadi pada sebuah pagelaran musik?

Jika ditanya “Apakah ada perbedaan?“, jawabannya tentu ada perubahan dan menurut gue sangat signifikan. Acara besar dengan konsep outdoor akan dianggap sebagai tempat yang rawan dan menyeramkan bagi setiap orang yang ingin datang ke sana.

Tapi dibilang seram juga kita tidak bisa ngomong begitu. Memang kondisi yang memaksakan kita untuk menjalankan sederet aturan saat ingin menikmati sesuatu.

via Giphy

Mungkin juga tidak akan ada lagi penonton yang terlihat berdesak-desakan, membuat crowd circle, bahkan sampai crowd surfing saat menikmati musik metal. Bisa jadi, hal ini baru bisa kita lihat lagi 5 – 10 tahun ke depan, saat kita semua bisa me-normal-kan keadaan virus corona di sekitar kita.

Cukup sedih melihat realita yang ada saat ini. Namun bisa gue bilang “mau gimana lagi“, keadaan pandemi virus corona ini sudah gue anggap sebagai cara bumi menegur manusia untuk mengubah cara hidup menjadi lebih baik.

_

Gimana menurut lo? Apakah konser musik pasca pandemi bisa se-seru dulu?