Pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menyentuh level Rp17.200an pada non-deliverable forward (NDF).

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjun di angka Rp17.261/US$

Dikutip dari Refinitiv, pada Senin, 7 April 2025 pukul 10:43 WIB, nilai tukar mata uang Garuda telah mencapai Rp17.261/US$ atau merupakan posisi terendah sepanjang sejarah.

Pelemahan rupiah ini dipicu oleh kepastian rencana penerapan tarif resiprokal (tarif timbal balik) oleh Amerika Serikat (AS) yang rencananya akan mulai diberlakukan pada Rabu, 9 April 2025 mendatang.

Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick memastikan bahwa penerapan tarif tidak akan ditunda, yang menyebabkan sentimen negatif di pasar ekuitas dan mata uang negara berkembang.

Donald Trump dan kebijakan anomalinya: naikkan tarif resiprokal ke sejumlah negara

Presiden AS Donald Trump pada Rabu, 2 April 2025 mengumumkan tarif resiprokal sedikitnya 10% ke sejumlah besar negara, termasuk Indonesia. Indonesia sendiri menjadi negara yang berada di urutan kedelapan dengan kenaikan tarif sebesar 32%.

Kenaikan tarif tersebut dibebankan kepada komoditas impor (barang-barang dari luar negeri) yang masuk ke Amerika Serikat.

Jadi, apabila kebijakan tarif timbal balik tersebut mulai berlaku, dampak yang bisa dirasakan secara langsung adalah komoditas dari Indonesia (dan sejumlah negara yang terimbas) yang masuk ke pasar AS akan menjadi lebih mahal dari sebelumnya.

China lakukan serangan balik?

Pemerintah China pada Jumat, 4 April 2025, menjadi negara pertama yang langsung memberikan “respon balasan” terhadap kebijakan Donald Trump tersebut.

China akhirnya memutuskan untuk turut memberlakukan tarif resiprokal sebesar 34% terhadap komoditas impor dari AS yang akan berlaku mulai Kamis, 10 April 2025 mendatang.

Analis: Tekanan terhadap kurs rupiah akan terus terjadi selama perang dagang masih mengancam

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong dalam laporan yang dikutip dari Antara, memperkirakan tekanan pada rupiah akan terus berlanjut selama perang dagang dari negara-negara maju masih mengancam.

“Rupiah tertekan oleh sentimen risk off yang masih sangat kuat dan berlanjut di pasar ekuitas dan mata-mata uang emerging yang masih melemah cukup besar pagi ini. Sentimen risk off dipicu oleh pernyataan Mendag AS yang memastikan tarif tidak akan ditunda,” kata Lukman dilansir Antara, Senin, 7 April 2025.

Bank Indonesia diprediksi bakal terus lakukan upaya intervensi demi jaga nilai tukar rupiah yang semakin terpuruk

Menurut perhitungan Lukman, Bank Indonesia (BI) diprediksi akan terus melakukan upaya intervensi untuk menjaga nilai tukar rupiah. “Tekanan pada rupiah masih akan berkelanjutan selama perang dagang masih mengancam. BI (Bank Indonesia) diperkirakan akan terus mengintervensi menjaga rupiah di bawah atau tidak jauh dari Rp17 ribu. Tanpa intervensi, Rp17 ribu tidak akan bisa dipertahankan.”

Di sisi lain, pengamat pasar uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra mengatakan jika Indonesia masih akan menunggu respons pasar terhadap upaya negoisasi kenaikan tarif resiprokal AS. “Kita masih nunggu respons pasar terhadap hasil negosiasi, bisa saja Trump melunak, dan positif lagi untuk harga aset berisiko.”

Pemerintah Indonesia bakal lakukan negoisasi terhadap kebijakan tarif resiprokal AS

Saat ini pemerintah Indonesia tengah menyiapkan sejumlah paket negosisasi yang akan dibawa ke perundingan terkait kebijakan kenaikan tarif timbal balik atau resiprokal dari AS di Washington D.C.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Ali Wardhana Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Senin, 7 April 2025.

“Kita masih nunggu respons pasar terhadap hasil negosiasi, bisa saja Trump melunak, dan positif lagi untuk harga aset berisiko,” ujar Airlangga dilansir Antara Kalteng, Senin, 7 April 2025.

Ia mengatakan Pemerintah Indonesia akan melakukan peretemuan dengan sejumlah pemimpin negara di ASEAN pada 10 April 2025 mendatang sebelum melakukan proses negoisasi dengan AS.

Tak hanya Indonesia, mengutip laporan Reuters, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut ada lebih dari 50 negara yang berencana untuk “merayu” pemerintahan Donald Trump sejak pengumuman tarif resiprokal pertama kali diumumkan.

BI gagal antisipasi arus modal spekulatif yang terjadi akibat sentimen negatif global?

Sementara itu dalam laporan yang dikutip dari Tempo, Ekonom sekaligus pengamat kebijakan publik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarata Achmad Nur Hidayat menilai, jika pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang semakin mengintai ini, terjadi lantaran Bank Indonesia telah gagal mengantisipasi adanya arus modal spekulatif yang terjadi akibat sentimen negatif global.


Let uss know your thoughts!