Oliver Tree has only getting started

Kalo lo menghabiskan cukup waktu di Internet, lo pasti udah nggak asing dengan sosok Oliver Tree.

Sosoknya yang nyentrik kerap muncul di media sosial hingga dikenal luas sebagai persona yang unik dan kadang terkesan konyol.

Namun beberapa tahun terakhir, persepsi tersebut mulai berubah. Ia mulai mendapat apresiasi dari publik dan kritikus berkat karya-karya di bidang musik.

Meski begitu, seniman tersebut nampaknya belum puas. Ia tengah mempersiapkan sejumlah kejutan baru; dari film dokumenter, hingga album baru yang ia klaim sebagai karya terbaiknya!


Belakangan ini kamu terlihat begitu sibuk; bikin album, EP, hingga berkunjung ke negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara. Apa si yang kamu rasakan sekarang?

Oliver Tree: sekarang ini aku lagi punya banyak banget inspirasi. Aku nggak pernah membuat kerya sebanyak ini dalam hidupku. Aku merasa produktif, mungkin cuma bisa tidur 5 jam dalam sehari.

Tapi aku merasa orang-orang akhirnya menghargai jerih payahku. Ini adalah tahun kesepuluh aku bekerja di bidang ini, dan tahun ini aku merasa akhirnya orang-orang menyadari kerja keras itu

Saat ini tengah menyelesaikan album terbaru, “COWBOY TEARS” di Timur Tengah selama sebulan.

Saat ini album itu sudah ada di tahap akhir, dan aku nggak sabar untuk bisa merilis track-track baruku buat semua orang!

Kamu sudah menggeluti industri musik dan hiburan selama bertahun-tahun. Tapi hingga saat ini masih banyak orang melihatmu sebagai meme internet alih-alih sebagai seniman profesional. Gimana kamu menanggapi hal itu?

Oliver Tree: aku pernah menulis thesis di sekolah seni tentang bagaimana mengubah dirimu menjadi sebuah meme. Jadi aku menganggap hal itu sebagai sebuah pujian.

Aku nggak melihat ada yang salah atau aneh dengan anggapan itu. Nyatanya, jika kamu bekerja sebagai “penghibur,” maka tugas kamu memang adalah untuk “menghibur.”

Aku pernah jadi seniman yang super serius, tapi tak ada orang yang menganggapku serius. Jadi apa gunanya? Jika tidak ada yang menanggapiku serius, kenapa aku harus menganggap diriku serius?

Meski begitu, jika kamu mendegarkan musikku, kamu akan menyadari bahwa aku menggarap karya dengan serius. Aku nggak main-main.

Jika hasilnya terlihat konyol, aku sebenarnya hanya sedang mendirikan cermin ke publik untuk memperlihatkan betapa konyolnya mereka.

Aku membuat seni untuk diriku sendiri dan untuk menginspirasi orang-orang.

Kamu bisa menyebutnya apapun. Kamu bisa bilang karyaku meme, bayi, atau apapun. Aku nggak akan tersinggung.

Jika kamu menghargainya, itu bagus. Tapi jika tidak, itu nggak masalah.

Kamu selalu tampil unik; bukan cuma lewat lagu, tapi baju, video musik hingga potongan rambutmu selalu terkesan out of the box. Menurutmu, ada nggak sih hal yang tercipta dan jadi populer berkat kamu?

Oliver Tree: Soal itu kayaknya lebih baik orang-orang yang menilai.

Tapi kalo menurutku pribadi, aku merasa aku adalah orang yang memulai tren vaporwave hipster berkat album terakhirku (“Ugly Is Beautifyl”), dan kini aku ada di proses pengembangan tren baru yang bakal kedengeran semacam cowboy emo.

Aku selalu bekerja keras untuk menciptakan sesuatu yang outside of the box dan baru.

Tapi anggapan ini tergantung penilaian publik. Bukan aku yang harusnya menilai.

Seiring perkembangan Zaman, TikTok mulai dilirik para musisi untuk memperkenalkan lagu terbaru, dan lagu “Life Goes On” milikmu pun jadi salah satu contoh suksesnya. Kamu punya resep nggak sih gimana caranya untuk bisa bikin lagu yang hit, terutama lewat TikTok?

Oliver Tree: aku bahkan nggak tau apa itu “musik hit” karena aku udah nggak lagi dengerin musik.

Aku cuma mencari inspirasi dengan nonton film, travelling dan menjalani kehidupan sehari-hari.

Jadi aku nggak tau apa yang terjadi di dunia kultur pop. Aku ngerasa diriku adalah orang yang cuek dan ketidaktahuan adalah kebahagiaan dalam konteks ini.

Aku cuma membuat karya untuk diriku sendiri dan mengekspresikan perasaanku.

Jujur aja, “Life Goes On” aku buat tujuh tahun yang lalu bersama temanku. Lagu tersebut nggak seharusnya dirilis karena aku nggak pernah tau bahwa lagu itu akhirnya bakal jadi hit.

Yang penting jadi dirimu sendiri aja! Aku selalu berusaha jujur dalam berkarya dan sudah membuat ribuan lagu. Dan dari ribuan lagu itu, pasti ada yang bakal jadi hit.

Album terbaruku “COWBOY TEARS” adalah album country. Apakah album itu bakal punya lagu yang jadi hit. Aku nggak tau!

Tapi album itu bisa membuatku menangis dan pengen dengerin terus sambil berkendara keliling kota. Jadi aku rasa, mungkin akan ada orang lain yang akan merasakan hal yang sama.

Ada nggak sih seniman atau musisi lain yang jadi inspirasmu berkarya?

Olver Tree: Nggak ada. Aku nggak dengerin musik lagi.

Tapi aku bisa bilang bahwa aku sangat suka dengan musik yang aku buat.

Aku tau ada banyak musisi hebat diluar sana, mereka bisa menyanyi lebih baik dariku, tapi aku tidak peduli.

Aku sibuk menulis dan memproduseri albumku. Aku juga bakal bikin film dan tengah mengerjakan dua naskah berbeda dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Aku juga membuat tujuh belas film dokumenter dalam lima tahun terakhir dan sekarang dalam proses editing dan bakal merilisnya dalam beberapa waktu kedepan.

Aku nggak peduli dengan hal-hal yang terjadi di luar sana. Aku tau mereka keren, tapi aku nggak peduli aja.

Maksudku, coba pikirkan saja. Aku membuat musik persis untuk telingaku, sesuai dengan apa yang aku selalu inginkan. Kenapa kamu ingin mendengarkan musik lain?

Aku punya musik yang aku butuhkan dan aku bersyukur untuk itu. Seenggaknya untuk sekarang.

Kamu baru aja merilis EP baru, termasuk lagu “Turn It Up” hasil kolaborasi bareng Little Big dan Tommy Cash. Ceritain sedikit dong tentang lagu itu!

Oliver Tree: Aku bekerja sama dengan Little Big selama setahun terakhir dan merekam lagu ini di rumahku.

Aku lalu melanjutkan proses pengarapan lagu dan syuting video musik di Russia dan seluruh prosesnya mengharuskan aku untuk tinggal di negara itu selama empat bulan.

Tapi aku sangat terinspirasi dengan prosesnya dan sangat puas dengan hasilnya.

Kalo ngomongin soal kolaborasi, kamu selalu bekerja sama dengan musisi lain. Ada nggak sih kualitas khusus yang kamu cari ketia nyari musisi buat kerja sama bareng?

Oliver Tree: sejujurnya sih nggak ada.

Yang pasti aku selalu senang untuk bekerja sama dengan teman-temanku. Belakangan ini aku lagi rekaman bareng Diplo untuk bikin musik country/house dan lagu-lagu random lain yang mungkin harusnya nggak kami buat dan hal itu bikin kami berteman dengan baik.

Jadi kalo aku nggak bisa berteman dengan mereka, aku nggak akan bisa bikin musik dengan mereka.

Ini bukan tentang hubungan bisnis, ini tentang hubungan persahabatan.

Ada nggak sih ide tergilamu yang kamu belom realisasikan sekarang?

Oliver Tree: aku sekarang dalam proses keliling seluruh 7 benua.

Aku baru aja menyelesaikan proses mixing album di Timur Tengah. Aku juga sempat mengunjungi Maroko, Mesir. Setelah ini aku bakal mengunjungi Amerika Selatan.

Aku juga bakal manggung di Antartika buat para ilmuwan, mungkin di hari ulang tahunku nanti.

Jadi aku berharap bisa mengunjungi seluruh benua sebelum aku berusia 29 tahun.

Ada rencana ke Indonesia nggak?

Oliver Tree: Iya! Aku bisa bilang bahwa Indonesia adalah salah satu dari tiga negara favoritku di seluruh dunia.

Kali terakhir aku traveling sebelum pandemi adalah ke Bali.

Dan sekarang aku ingin ke Jakarta, ke Jepang, Cina dan tempat-tempat lain. Tapi situasinya sulit karena pandemi.

Pertanyaan terakhir nih. Album terbaru mu “COWBOY TEARS” bakal mengusung genre country/emo dan itu kedengeran unik banget. Ada nggak sih kualitas tertentu yang bikin kamu paling bangga dengan album tersebut?

Oliver Tree: Semuanya!

Aku sangat puas dengan hasilnya dan aku nggak peduli orang-orang bakal bilang apa.

Ini bukan album pop. Ini album yang sepenuhnya berbeda dan aku nggak menyiapkan ekspektasi apapun tentang album ini.

Aku cuma mengirimkan pesan buat orang-orang tangguh di luar sana untuk bisa menangis dan mengeksresikan kesedihan mereka.

Album ini indah dan aku nggak sabar buat orang-orang untuk dengerin album ini.