Kamis, 15 April kemarin terjadi penganiayaan yang menimpa seorang perawat RS Siloam Sriwijaya, Christina Ramauli Simatupang saat ia sedang menjalankan tugasnya. Kejadian ini langsung jadi viral dan hashtag #SavePerawatIndonesia pun trending sebagai kecaman.

Sekarang ini, pihak Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) sudah berhasil menangkap pelaku yang inisialnya JT itu. Melansir Detik, Polrestabes menangkapnya dari tempat sembunyi-nya di Ogan Komering Ilir (OKI).

Kejadian bermula dari saat perawat RS Siloam menangani pasien

Wajah pelaku penganiaya perawat RS Siloam Palembang
Wajah pelaku, saat ditangkap Polrestabes di OKI (via detikcom)

Kronologi penganiayaan terhadap Christina, menurut berbagai sumber, berawal dari saat ia melepas infus pasien yang sudah dapat izin pulang, sesuai dengan prosedur. Ternyata, bekas infus pasien yang umurnya dua tahun ini mengeluarkan darah karena plesternya terlepas (ini kejadian yang wajar).

Mengutip Berita Satu, ibu pasien panik dan teriak. Sepertinya juga, ia tidak terima kejadian tersebut dan mengadu ke suaminya. Ya, pelakunya tidak lain adalah ayah pasien.

Sebenarnya, wajar aja kalau orang tua khawatir pada anaknya. Tapi kalau main hakim sendiri gini, perlu dipertanyakan, sih.

Pelaku berinisial JT menonjok, menendang, dan menjambak tenaga medis itu

Sekitar dua jam setelah kejadian, JT tiba di rumah sakit dan langusng mencari perawat yang tadi menangani anaknya. Tapi, pelaku yang maskernya melorot itu gak kasih Christina kesempatan untuk menjelaskan.

Ia langsung melontarkan pukulan bak petinju. Lalu, ia juga minta perawat RS Siloam itu sujud minta maaf. Gak puas dengan pukulan pertama, ia juga dengan tega menendang perut, dan menjambak rambut korban meski orang sekitarnya mencegah.

Karena peristiwa itu, RS Siloam Sriwijaya melaporkannya ke Kepolisian dan minta pelaku dihukum seberat-beratnya. Begitu pula permintaan dan dukungan dari komunitas perawat.

JT ngaku-ngaku polisi, terus kenapa?

Police Fail
via LowGif

Dalam video tersebut, kita bisa dengar JT bilang “Gua polisi!!!“. Tapi, Kapolda Sumsel Irjen Eko mengonfirmasi pada Detik bahwa ia bukan anggota polisi.

Pelaku itu ngaku-ngaku sebagai anggota Polri,” imbuhnya. oops, busted.

Lagipula, siapapun JT, apapun jabatannya, gak bakal ngaruh ke salahnya kekerasan yang dia lakukan. Sikap arogannya, yang padahal gak tahu-menahu soal prosedur medis itu, jadi memalukan dan berakibat fatal.

Who ever you are! whatever your position! It is absolutely not justified to commit violence to a woman, especially if she is a health worker!” tulis sebuah akun.

Baca juga: