Menurut survei terbaru, kini para atasan banyak yang lebih memilih mempekerjakan bot Artificial Intelligent (AI) dibandingkan para generasi Z (Gen Z) yang berstatus fresh graduate.

Survei ungkap 37 persen atasan di perusahaan lebih pilih pekerjakan AI ketimbang Gen Z yang fresh graduate

Berdasarkan hasil survei terbaru yang disponsori oleh Hult International Business School yang diberitakan Newsweek, ada sekitar 37 persen manager di berbagai perusahaan yang mengungkap mereka lebih memilih mempekerjakan AI dibandingkan para Gen Z fresh graduate.

Studi tersebut menunjukkan bahwa 98% para pimpinan di human resource department (HRD) kesulitan menemukan talenta, namun 89% menghindari mempekerjakan lulusan baru.

Gen Z dan stigma buruk yang melekat dengan mereka

Gen Z yang saat ini menjadi penerus generasi muda ini, tidak sedikit mendapat stigma-stigma negatif seperti “Generasi Strawberry”.

Generasi yang lahir di antara tahun 1997 hingga 2012 memang telah banyak menerima kritik dalam beberapa tahun terakhir, terutama saat mereka memasuki dunia kerja sebagai pengalaman pertama.

Berdasarkan laporan Freedom Economic Index yang dilakukan oleh PublicSquare dan RedBalloon sebelumnya, mengungkap jika 68 persen pemilik usaha kecil mengatakan Gen Z adalah karyawan yang paling “tidak dapat diandalkan” di antara seluruh karyawannya.

Sementara itu 71 persen lainnya mengatakan para pekerja yang berusia muda adalah kelompok yang paling mungkin mengalami masalah “kesehatan mental” di tempat kerja.

Lebih pilih AI atau robot, 89 persen atasan ungkap ogah hire fresh graduate

Hasil survei Hult International Business School mengungkap hampir 40 persen pengusaha mengatakan mereka lebih memilih mempekerjakan robot daripada lulusan baru.

Studi tersebut mewawancarai 1.600 atasan yang menjadi responden dan 96 persen dari mereka mengatakan sebagian besar pendidikan perguruan tinggi tidak mempersiapkan orang sama sekali untuk pekerjaan mereka.

Lebih lanjut, 89 persen di antaranya mengatakan mereka menghindari mempekerjakan fresh graduate.

Apakah edukasi di perguruan tinggi nggakngisi bekal yang dibutuhin mahasiswa dalam perjalanan awal karir mereka?

Sentimen ini semakin memperkuat anggapan jika pendidikan perguruan tinggi tidak banyak mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan mahasiswa untuk berhasil dalam perjalanan awal karir mereka sebagai karyawan.

Survei Hult International Business School membuktikan, 77 persen fresh graduate mengatakan mereka belajar lebih banyak dalam enam bulan bekerja dibandingkan dengan pendidikan empat tahun.

Survei tersebut juga menemukan bahwa perusahaan-perusahaan, meski lebih mengandalkan AI, ternyata mereka tetap menghadapi kesulitan karena 98 persen peimpin mengatakan mereka kesulitan menemukan talenta.

Mengenai alasan mereka tidak ingin mempekerjakan lulusan baru, 60 persen mengatakan para pekerja tersebut tidak memiliki pengalaman di dunia nyata, dan 55 persen mengatakan mereka tidak dapat bekerja dengan baik dalam tim.


Let uss know your thoughts!