“Let yourself bloom”
Rabu, 4 Maret lalu, Tara Basro mengunggah dua foto dirinya ke akun Instagram dan Twitter pribadinya. Di kedua foto tersebut, ia menunjukan tubuhnya yang curvy, lengkap dengan lipatan perutnya yang nggak ditutup-tutupin.
Kedua foto tersebut berhasil menuai respon positif yang cukup meriah. Gimana nggak? Tara menyuarakan pesan body positivity, sementara body shaming masih sering terjadi di berbagai situasi, lewat berbagi medium.
Sayangnya, nggak semua orang turut berbahagia. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menilai kampanye mencintai tubuh sendiri tersebut sebagai konten yang mengandung unsur pornografi. Lebih jauh, Tara Basro bahkan dituding berpotensi melakukan pelanggaran UU ITE.
Setidaknya ada dua pertanyaan muncul dari tudingan Kominfo ini. Yang pertama; dimana kita membatasi hukum kesusilaan?
“Mengenai pelanggaran kesusilaan, yang dinilai sebagai tindak pidana adalah perbuatan ‘sengaja merusak kesopanan/kesusilaan dimuka umum’ atau ‘sengaja merusakkan kesopanan/kesusilaan dimuka orang lain, yang hadir dengan kemauannya sendiri’ Kesusilaan adalah perasaaan malu yang berhubungan dengan nafsu kelamin. Dan sifat kesusilaan tersebut harus dinilai sesuai dengan konteks perbuatan,” jelas Maidina Rahmawati, Peneliti Institue for Criminal and Justice Reform.
Pesan Tara Basro cukup lantang dan jelas. Ia tidak menunjukan bentuk tubuhnya untuk mengundang “nafsu” semata. Apa yang ia ingin sampaikan literally tertulis di keterangan foto. (Mungkin Kominfo menilai bahwa lipetan perut Tara bisa membangkitkan hasrat sex netizen? I don’t know).
Pertanyaan yang kedua; sebagai badan negara yang harusnya bisa mendukung pesan baik, kenapa Kominfo justru menciptakan iklim ketakutan untuk berekspresi dan berpendapat?
Mungkin ini momen buat Kominfo untuk bisa selektif sebelum melayangkan tudingan. Jangan sampe publik malah jadi takut bersuara apalagi kalo pesan yang ingin disampaikan punya unsur edukatif. Jangan malah terbiasa mengkritik atau bahkan menjatuhkan.
Tara said it best, “andaikan kita lebih terbiasa untuk melihat hal yang baik dan positif, bersyukur dengan apa yang kita miliki dan make the best out of it daripada fokus dengan apa yang tidak kita miliki.“