Nggak keterima di perguruan tinggi target, bukan berarti harus putus asa

Namanya Rehan Staton, ia berhasil lolos seleksi masuk Universitas Harvard, salah satu universitas terbaik di dunia dengan acceptance rate hanya 5,2 persen. Yang membuat kisahnya menarik, Rehan Staton adalah seorang tukang sampah.

Prestasi Staton ini tentu layak diacungi jempol. Pasalnya perjalanan pria berusia 24 tahun tersebut untuk masuk ke Harvard Law School tergolong cukup terjal. Admisinya bahkan sempat ditolak di perguruan-perguruan tinggi lain sebelum lolos masuk ke Harvard.

Jalan hidup Rehan Staton yang tak mudah

Rehan Staton ditinggalkan ibunya ketika masih kecil. Sebagai orang tua tunggal, sang ayah pun kesulitan untuk mengurus dan membiayai keluarga.

Kami terus terpuruk. Ayahku pernah kehilangan pekerjaan dan harus bekerja di tiga tempat untuk bisa menafkahi kami. Saat itu aku jarang melihat ayahku dan sebagian besar masa kecil sangat kesepian,” ujarnya kepada Boston Globe.

Sang kakak, Reggie Staton, bahkan harus rela berhenti kuliah untuk bekerja dan membiayai kehidupan sehari hari supaya Rehan Staton bisa tetap bersekolah.

Pengorbanan itu adalah satu-satunya alasan aku bisa lolos masuk ke Harvard Law School,” tulisnya di Instagram.

Meski begitu, Rehan tergolong sebagai pelajar yang berprestasi di sekolah. Ia juga sempat belajar di University of Maryland.

Sayangnya ia menemukan hambatan lain. Ketika itu ayah Rehan mengalami stroke sehingga ia harus kembali menjadi tukang sampah selagi melanjutkan kuliah.

Selagi bekerja dan mengurus ayah, Rehan pun mencoba untuk mendaftar sejumlah universitas bergengsi dan memilih Harvard Law School dari beberapa kampus yang menerimanya.

Ketika aku melihat kembali pengalaman-pengalamanku, aku pikir aku melakukan yang terbaik dari situasi terburuk. Setiap tragedi yang aku alami memaksaku keluar dari zona nyaman tapi aku beruntung bisa punya sistem yang mendukung untuk membantuku berkembang dalam kesulitan,” ujarnya.

Rehan Staton dapat dukungan besar

Meski sudah lolos masuk ke Harvard Law School, ia terkendala biaya kuliah yang memang cukup mahal. Karenanya, ia harus mengumpulkan uang lewat penggalangan dana lewat situs GoFundMe.com.

Beruntung, kisahnya menuai simpati luas. Target awal penggalangan dana yang ‘hanya’ USD75.000 berhasil ditembus hingga melebihi USD90.000.

Sepanjang waktu ini, orang-orang bertanya pada saya, ‘bagaimana kamu melakukannya?‘” tutur Rehan Staton.

Lebih dari itu, bagaimana mungkin saya tidak melakukannya ketika semua orang mematahkan punggungnya untuk saya dan mendorong saya untuk menang.”