We listen, we don’t judge?

(Courtesy of Freepik)

Kayaknya it’s safe to say kalau tren “we listen, we don’t judge” saat ini lagi rame banget di TikTok. Banyak orang ngegunain tren ini buat nge-spill rahasia ataupun fakta yang mereka umpetin ke temen, keluarga ataupun pasangan.

Tren ini “mendukung” orang supaya nggak nge-judge terhadap apapun yang disampaikan. Videonya pun dimulai dengan sama-sama bilang “we listen and we don’t judge.”

Sumber: Today

Tren ini dimulai TikTok dan udah diikuti oleh banyak banget konten kreator. Nggak cuma jadi konten TikTok, tren “we listen and we don’t judge” udah masuk ke media sosial lain, yakni Instagram dan platform-platform lain.

Dalam tren ini, tiap pembuat video diminta buat ngungkapin apa rahasia mereka, dan pendengar mereka diharapkan jangan nge-judge apa yang disampaikan. Meski sepintas sekadar jadi konten just for fun, ternyata sejumlah pakar punya pendapat berbeda.

Terlepas Dari Itu, Gimana Tanggapan Pakar Soal Tren Ini?

Sofie Roos

Kalau menurut Sexologist & Relationship Therapist, Sofie Roos, sebenarnya tren ini bertujuan buat ngungkapin segala hal yang dipendam seseorang meskipun mereka tau itu salah.

Walaupun emang di tren ini mereka diminta buat nggak nge-judge pengakuan masing-masing orang, tapi kita nggak bisa memprediksi gimana respons pasangan soal apa yang diakui, bisa aja mereka marah.

Sumber: Bustle

Patricia Bathurst

Sementara itu, Therapist Patricia Bathurst berpendapat sebenarnya tren ini nggak boleh digunain buat ngebahas isu serius ataupun buat pengakuan kalo kalian bohong sama pasangan.

”Jangan menggunakan tren ini sebagai kesempatan buat bilang ke pasangan kalian kalo kalian bohong, sengaja gak menyempatkan waktu buat mereka, ataupun selingkuh. Ini bukan cara yang tepat buat ngebahas isu serius kayak gitu.”

  • Therapist Patricia Bathurst, dikutip dari Bustle.

Avigail Lev

Di sisi lain, Psychologist Avigail Lev sebenarnya malah nyorotin hal yang dirahasiakan dari seseorang, dan itu mengkhawatirkan.

”Tren ini tampaknya mempromosikan kejujuran, karena kamu mengatakan kepada pasangan atau teman apa yang selama ini kamu lakukan. Tapi sebenarnya (tren ini) nggak sejujur atau se-transparan itu, karena kebanyakan hal yang dibahas adalah hal-hal yang dilakukan di belakang satu sama lain.”

  • Psychologist Avigail Lev, dikutip dari Today.

TL;DR

Tren we listen & we don’t judge sebenarnya bisa aja jadi seru ketika kalian ngebahas hal receh.

Tapi, kayaknya nggak pas deh semisal tren ini malah jadi ajang buat mengakui “dosa besar” ke satu sama lain, misal kalo di lingkup pertemanan, kalian pernah saling “ngomongin”, atau kalo di lingkup pasangan, ternyata salah satu dari kalian pernah “deket sama orang lain.”

(Courtesy of Freepik)

What are your thoughts? Let us know!

(Courtesy of Freepik)