Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan gaungkan Work From Bali
Kalau Work from Home pada ‘zaman masker’ seperti ini sudah menjadi regulasi yang umum untuk mengurangi mobilitas, kini Luhut justru gaungkan Work From Bali (WFB).
Gagasan Work from Bali atau bekerja dari Bali menjadi pilihan Luhut, utamanya untuk aparatur sipil negara. Tapi kenapa harus bali?
Work from Bali bisa dongkrak lahan pariwisata
Dalam keterangan pers, melansir dari CNN, Luhut mengatakan bahwa gagasan ini bertujuan untuk memulihkan pariwisata Bali yang terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Gak cuma itu, komitmen program WFB sudah tertuang dalam nota kesepahaman Dukungan Penyediaan Akomodasi untuk Peningkatan Pariwisata The Nusa Dua Bali, Selasa Lalu.
Nota kesepahaman ini gunanya untuk mendukung peningkatan pariwisata The Nusa Dua Bali dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Selain itu, juga berlaku untuk tujuh kementrian dan lembawa di bawah koordinasi Kemenko Marves.
Program WFB ini akan digencarkan sampai ke tingkat kementrian. Harapannya bisa menjadi pendongkrak pemulihan wisata dan transformasi Pulau Dewata dengan pelaksaan vaksinasi secara paralel.
Senada dengan luhut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno berharap nota kesepahaman ini bisa memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata dan perekonomian Bali.
WFB khawatir menjadi pemicu ledakan kasus COVID-19
Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai usulan ini justru gak strategis. Apalagi kasus COVID-19 di Bali belum terbilang aman saat ini.
“Ini karena banyak wisatawan asing yang datang ke Bali kemarin ini. Jadinya banyak varian virus Corona yang datang ke sana. Vaksin Sinovac yang sudah disuntikkan juga belum tentu ampuh melawan varian virus baru ini,” kata Trubus kepada Asumsi.co.
Gak cuma itu, menurutnya bekerja dari Bali belum tentu menjamin efektifitas kinerja seseorang.
Trubus menuturkan ketidaksetujuannya atas gagasan Work From Bali ini. Menurutnya, WFB bukan hal yang efektif, ia mengkhawatirkan malah lebih banyak jalan-jalannya daripada bekerja itu sendiri.
“Lebih kasihan lagi, kalau punya keluarga. Mereka ke Bali terus pas pulang lagi ke rumah enggak tahunya terpapar Corona dari sana. Sekeluarga terpapar semua, ambyar!” terangnya.
Sementara itu, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengatakan darida harus ke Bali untuk bekerja, sebaiknya pekerja tetap fokus WFH, alias kerja dari rumah masing-masing.