Jadi terowongan pejalan kaki bawah tanah pertama di Indonesia

Jalur MRT kini dilengkapi dengan fasilitas baru berupa terowongan bawah tanah buat penjalan kaki.

Terowongan tersebut menghubungkan Gedung Thamrin Nine UON dan Stasiun Dukuh Atas BNI.

Proyek ini pun jadi bukti ralisasi semangat Jakarta sebagai kota kolaborasi. Pasalnya terowongan tersebut merupakan hasil kerja sama antara fasilitas transportasi publik dan bangunan komersial di lahan privat, yang dilakukan untuk mempermudah mobilitas warga ibu kota.

https://www.instagram.com/p/CfsrHhLrIqi/?hl=en

Baca juga: Walikota Meksiko Nikah Sama Buaya Betina, Yakini Bisa Bawa Berkah

Terowongan bawah tanah jalur MRT bakal perbaiki kualitas dan tingkat mobilitas

Akses ini membentang sepanjang 80 meter dengan lebar lima meter.

Fasilitas ini dilengkapi dengan sejumlah penunjang seperti retail, storage room, eskalator dan elevator.

Pembangunan interkoneksi, seperti terowongan pejalan kaki penghubung Gedung Thamrin Nine UOB–Stasiun Dukuh Atas BNI ini, berpotensi meningkatkan angka keterangkutan
(ridership) MRT Jakarta serta meningkatkan jumlah kunjungan ke pusat perkantoran/perbelanjaan yang terhubung, dan mengaktivasi ruang bawah tanah sebagai ruang
baru yang produktif.

Hal serupa sempat terbukti berkat pengalaman akses layang di Blok M Plaza yang meningkatkan kunjungan hingga 150%.

Baca juga: Pengamen Ngamuk Tidak Dikasih Uang, Wisatawan di Jogja Dilempar Batu!

Terowongan bawah tanah jalur MRT jadi pionir

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia-Jakarta, Doti Windajani, mengatakan, Jakarta layak disebut sebagai pelopor kawasan berorientasi transit.

Pasalnya Jakarta butuh mengantisipasi kemacetan melalui perbaikan infrastruktur transportasi, adaptasi perubahan iklim melalui penerapan low emission zone, dan pengaturan dan perbaikan tata ruang dan tata banguna melalui urban regeneration dengan integrasi hunian, tempat kerja dan ruang sosial.

“Integrasi yang sudah baik bisa ditingkatkan, terutama detail area menuju ke Gedung UOB. Perlu perhatian terkait kebutuhan penyandang disabilitas. Hadirnya terowongan juga merupakan hal yang baik, semoga nantinya lebih seamless ke arah Jalan Blora. Kemudian, perlu juga perhatian untuk penataan UMKM di kawasan tersebut,” ujarnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna. Ia menyebut, interkoneksi bawah tanah pada jalur MRT merupakan ide yang sangat menarik, karena gagasan integrasi dengan pusat perbelanjaan atau perkantoran akan memberikan nilai tambah pada pemanfaatan fungsi bangunan dan ridership jumlah penumpang MRT Jakarta.

“Pengalaman ini sudah dijalankan dengan mal Blok M, berupa integrasi Stasiun Blok M BCA dengan pusat perbelanjaan. Nilai tambah yang didapat adalah jumlah pengunjung meningkat, tenant mendapatkan keuntungan karena pendapatan usaha meningkat, serta suasana mal menjadi sangat ramai,” ujarnya.