Nasida Ria: dari Semarang hingga ke Jerman

Nama grup Nasida Ria berhasil mencuri sorotan di linimasa media sosial belakangan ini.

Grup Qasidah asal Semarang tersebut berhasil manggung ke Jerman lewat gelaran Opening Week Music Program Documenta Fifteen.

https://www.instagram.com/p/CfBEcQIIEdV/?hl=id

Baca juga: Internet Explorer Ditutup, Software Engineer Ini Dirikan Kuburan Buat sang Browser

Lestari sejak 1975 berkat regenerasi

Nasida Ria didirikan pada tahun 1975 oleh HM Zain, seorang guru qiraah di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Pada awalnya, grup tersebut hanya beranggotakan 9 orang yang merupakan siswa HM Zain. Mereka adalah Mudrikah Zain, Mutoharoh, Rien Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah dan Nur Ain.

Sejak awal berdiri, Nasida Ria sudah berhasil mencuri perhatian karena menjadi grup qasidah pertama yang didominasi perempuan memainkan alat musik modern lengkap selama dekade 70’an.

https://www.instagram.com/p/Ce563H9oamp/?hl=id

Namanya kian melejit karena sejumlah hit di sepanjang dekade 80-90′ berkat lagu “Kota Santri”, “Bom Nuklir”, “Nabi Muhammad Mataharinya Dunia” dan “Perdamaian.”

Kini grup tersebut lestari berkat regenerasi. Sosok HM Zain kini digantikan Choliq Zain, anak dari HM Zain yang kini berperan sebagai manajer.

Choliq Zain turut mengelola Ezzura, grup qasidah perempuan yang umur personelnya berkisar 20-an tahun. Di bawahnya, ada Qasidah Tanpa Nama yang anggotanya anak-anak SD dan SMP. Seperti sistem naik kelas, mereka nantinya akan menjadi personel Nasida Ria ketika waktunya telah tiba.

https://www.instagram.com/p/CcxOqboPvX8/?hl=id

Baca juga: Legalisasi Ganja di Indonesia, Bagaimana Komentar BNN?

Grup qasidah futuristik

Nggak bisa dimungkiri, Nasida Ria punya energi yang eksentrik.

Meski mengakar pada ajaran Islam, lagu-lagu yang mereka bawakan kerap mengangkat isu-isu sekuler atau bahkan futuristik. Mulai dari soal bom nuklir, hingga pentingnya jurnalisme yang akuntabel.

Soal penulisan lagu, grup ini memang mengacu pada kemampuan mereka membaca situasi.

Hampir lima dekade kemudian, resep ini pun terbilang cukup efektif. Pasalnya lagu-lagu mereka abadi, didengarkan jutaan telinga hingga kini; baik dari gelaran yang diadakan ulama, hingga acara musik di Eropa.

https://www.instagram.com/p/Cabc9a_PTHO/?hl=id

Your thoughts? Let us know in the comments below!