Mulai dari Chopin “Nocturne”, Radiohead “Creep”, “All Too Well”-nya Taylor Swift, sampai “Glimpse of Us”-nya Joji, jadi beberapa contoh lagu sedih yang nggak gagal bikin para pendengarnya ikut mellow.

Bukan hal yang baru, kalau musik bisa mengubah mood kita. Contohnya, musik yang upbeat bisa bikin kita ngerasa lebih happy. Sementara, musik-musik  yang depressing bikin kita ikutan sedih.

Ternyata, ada penjelasan di balik ini semua.

 Suka Dengerin Lagu Sedih Walau Lagi Happy, Kenapa Sih?
via Giphy

Musik dan psikologi

Salah satu isu paling penting di psikologi musik adalah gimana musik bisa mempengaruhi pengalaman emosional (Juslin, 2019). Melansir Psychology Today, musik punya kemampuan untuk menciptakan respon emosional yang kuat buat para pendengarnya. 

Gampangnya gini, musik yang enak bisa melepas dopamin dan serotonin, neurotransmiter yang terkait dengan perasaan positif dan senang. Faktanya, dopamin juga sering disebut sebagai antidepresan alami!

Berbagai penelitian juga nunjukkin kalau musik nggak cuma menggonjang-ganjingkan mood kita. Tapi sebaliknya, mood kita pun berperan besar untuk musik apa yang bakal kita dengerin.

Ya, mungkin ini alasannya musik galau mbak Adele yang punya tema putus cinta laku keras. Ini juga alasannya, kenapa kita ikut mewek saat denger lagu “Glimpse of Us”, padahal nggak lagi patah hati.

Suka Dengerin Lagu Sedih Walau Lagi Happy, Kenapa Sih?
via Gfycat

Apa yang bikin sebuah lagu jadi terasa sedih?

Mungkin kita bertanya-tanya, apa sih yang bikin sebuah lagu kerasa mellow? Kemungkinan besar kita bakal berpikir kalau lirik jadi faktor terbesarnya.

Memang, rangkaian kata-kata dengan isinya yang sedih bisa ‘ngena’ di hati kita. Tapi ternyata, sebuah penelitian membuktikan kalau lirik aja nggak cukup.

Menurut Gabrielsson dan Lindström (2010) dari Oxford University, modulasi musik berperan penting bagi emosi yang dimunculkan. Modulasi yang dimaksud yaitu aransemen, notasi, dan kunci tertentu yang memberi warna dalam sebuah lagu.

Selain itu, salah satu hal terpenting lainnya adalah tempo. Biasanya, tempo cepat menggambarkan kesenangan, dan tempo lambat menggambarkan kesedihan.

Dalam “Handbook of music and emotion”, Gabrielsson dan Lindström menyatakan kalau struktur karakter dan kombinasinya dengan lirik juga jadi salah satu faktor penting dalam membentuk musik, termasuk suasana melankolis.

Dengan kombinasi yang sempurna antara nada-nada minor, tempo yang mendayu-dayu, dan lirik yang relatable, jadilah sebuah lagu sedih.

https://twitter.com/DavelsAdvocate/status/1535113735504789510

‘Pleasurable Sadness’ alasan kenapa kita suka banget dengerin lagu sedih

Beberapa waktu lalu, data dari perusahaan streaming platform Spotify nunjukkin kalau orang Indonesia cenderung lebih suka dengerin lagu-lagu sedih beberapa tahun ke belakang.

Musik semacam ini memang sudah seharusnya bikin kita mengalami perasaan yang biasa dianggap negatif, yaitu kesedihan. Terus pertanyaannya, kenapa musik mellow digemari banyak orang, termasuk warga Indonesia?

Kesedihan biasanya diartikan sebagai emosi negatif dan tak mengenakkan dalam psikologi, tapi berbeda kalau kita bicara soal apresiasi artistik.

Normalnya, manusia bakal menghindari pengalaman emosi negatif. Tapi, berbagai penelitian menemukan bahwa rasa sedih yang kita terima dari musik justru mendatangkan emosi yang positif.

Paradoks ‘pleasurable sadness’ selama berdekade-dekade terus menjadi pembahasan para ilmuwan (Levinson, 1997). Pasalnya, tragedi yang tergambarkan dalam musik bukan cuma mendatangkan kesedihan, tapi justru bisa memicu respon yang lebih kompleks.

Nggak kayak kalau kita lagi mengalami pengalaman menyedihkan di dunia nyata, mendengarkan musik sedih justru mendatangkan emosi lain, seperti nostalgia dan rasa cinta.

Emosi-emosi inilah yang kemungkinan bikin kita suka banget untuk dengerin lagu mellow, walau perasaan kita nggak lagi sedih.

Suka Dengerin Lagu Sedih Walau Lagi Happy, Kenapa Sih?
via Tenor

What’s your favorite sad song? Let us know!