Begini kronologi kabar penggunaan font tanpa izin di kemasan susu Greenfields!
Susu Greenfields diduga menggunakan font buatan desainer Indonesia tanpa izin.
Isu ini mencuat setelah sang pemilik font menceritakan kisahnya lewat akun Twitter pribadinya, @arwanOD.
“Sedang berdarah-darah memperjuangkan hak atas penggunaan font-ku di kemasan ini. Doakan lur,” cuitnya pada tanggal 7 Februari lalu.
Sedang berdarah-darah memperjuangkan hak atas penggunaan font-ku di kemasan ini. Doakan lur. pic.twitter.com/PCqfSiIryS
— ᴀʀᴡᴀɴ (@arwanOD) February 7, 2021
Baca juga: Influencer Punya Jalur Masuk Mahasiswa Khusus di Perguruan Tinggi Ini
Bukan kesalahan merk susu Greenfields, namun pada agensi?
Lewat utas yang ia unggah, Arwan menuturkan kronologi kasus ini.
Ia mengaku menyadari penggunaan font tersebut pertama kali pada tanggal 23 September 2019 ketika tengah berbelanja di sebuah supermarket.
Arwan menyebut, font tersebut dirilis pertama kali pada tahun 2016 denga nama “Om Telolet Om” lewat website, behance dan dafont.
Font ini saya rilis pertama kali pada akhir 2016. Nama font sama dg sesuatu yang lagi viral saat ini. Tempat distribusi resmi selain di web juga di behance dan dafont. https://t.co/c4UHNkKhtA
— ᴀʀᴡᴀɴ (@arwanOD) February 8, 2021
“Pertama kali, font ini memang dirilis dg lisensi free personal dan komersial based on Locomotype standard desktop. Beberapa bulan kmudian karena suatu alasan, lisensi saya ganti menjadi free for personal,” tulisnya.
Arwan pun mulai menyelidiki lebih lanjut hingga berkomunikasi dengan perusahaan yang bertanggung jawab atas pemasaran produk tersebut, hingga akhirnya ia mendapatkan info bahwa desain tersebut dibuat oleh sebuah agensi yang berlokasi di Singapura.
“Info yg sy dapatkan, bahwa agensi tsb mengunduh font tsb dari sebuah website yg kontennya berbagai macam font yg merupakan roundup dr internet. Web tsb mengumpulkan font dari berbagai sumber, salah satunya behance,” lanjutnya.
Agensi tersebut pun mengunduh font lewat situs tersebut tanpa mengetahui adanya perubahan lisensi.
“Web tsb karena bukan marketplace maupun official, lisensi akhir tetap kembali kepada kreator. Sayangnya, agensi tsb sama sekali tidak melakukan konfirmasi bhwa mereka akan menggunakan utk produk Z padahal kontak tertera jelas.”
Pada email konfirmasi pertama (yg dibalas sebulan kmudian) sy sudah menjelaskan ini panjang lebar mengenai hal ini. Namun akhir jawaban tak spt yg saya harapkan. Mereka ngotot bisa menggunakan sebebasnya brdasarkan statement dr web tsb. pic.twitter.com/bQrCkOWiJM
— ᴀʀᴡᴀɴ (@arwanOD) February 8, 2021
Baca juga: Keluarga Cemara 2 Siap Rilis Tahun Ini
Pihak agensi belum respon
Kini, Arwan mengaku telah menghubungi pihak situs penyedia font yang telah mengirimkan email statement pada agensi tersebut.
Namun hingga saat ini agensi tersebut belum memberikan respon.
“Semoga hari ini mereka membalas email sy atau besok sy akan mengirimkan email lagi besok. Smiling face with open mouth and tightly-closed eyes Fyi, padahal selama berkirim email, sy belum sekalipun ngomongin nominal, tp mereka sudah mlipir duluan.”
Sbg perbandingan aja, byk sekali perush, ukm bahkan personal yg konfirm dl soal lisensi. Tak percaya agensi X yg mengerjakan projek korporat tdak menyadari hal spt ini. 😬 pic.twitter.com/q4gbjPEieU
— ᴀʀᴡᴀɴ (@arwanOD) February 8, 2021
-
Kominfo Resmi Blokir TikTok Cash!
-
Koleksi Kurasi ASICS Sportstyle dan Kiko Kostadinov: Siluet Retrofuturist yang Cocok Untuk Semua Kegiatan
-
Sneaker Obama Saat Masih Jadi Presiden Dilelang, Cuma Ada Dua Pasang di Dunia!