Tenaga kesehatan alias nakes disebutkan memilih untuk resign dan beralih profesi di tengah pandemi Covid-19. Sebagian dari mereka memilih berhenti karena beban kerja mereka tidak sebanding.
Selain itu, seperti dilansir Detik, alasan lainnya adalah karena insentif dari pemerintah yang tak kunjung cair.
Tenaga kesehatan resign akibat insentif mandek
Seperti disampaikan oleh Ketua Dokter Indonesia Bersatu, Eva Sri Diana Chaniago, fenomena maraknya nakes yang mengundurkan diri bukanlah hal yang biasa dan baik.
“Jumlah yang mundur tidak biasa. Banyak nakes yang resign ini bukan karena hal biasa. Jadi jumlahnya banyak, tidak seperti biasa. Jadi kebanyakan bukan PNS, yang tidak punya ikatan dengan rumah sakit. Bahkan misalnya relawan. Relawan itu kan istiah benar-benar ditaruh pemerintah. Jadi ganjinya ya memang dari insentif,” tuturnya Jumat, (16 Juli).
Dirinya mengatakan bahwa insentif yang belum cair disebabkan karena pemerintah belum membayarkan klaim tagihan dari pihak rumah sakit. Klaim tersebut sebenarnya nantinya akan digunakan untuk membayar gaji karyawan.
“Selama pandemi banyak klaim yang belum terbayar Kemenkes. Rumah sakit jadinya membayar juga susah, kadang dicicil,” lanjutnya.
Alih profesi jadi pilihan
Selain berhenti bekerja, sebagian dari nakes justru mirisnya memilih untuk berganti profesi. Sebagian dari mereka ada yang memilih menjadi perawat homecare, sementara lainnya justru memilih menjadi ‘ojol’.
“Kebanyakan alih profesi. Jadi dagang, malah ada yang ngojek. Ada yang alasannya sekolah, ada yang berhenti kerja karena tidak suaminya komrbid. Yang jelas mereka menyebut kerja mereka tidak sebanding dengan bebannya,” tutur Eva.
Sementara mereka yang menjadi perawat home care menyebut pekerjaan itu lebih menjanjikan. “Kalau di homecare sekali datangin pasien bisa dapat uang IDR 350 ribu,” imbuhnya.
Kendati demikian, Eva mengaku belum mengirimkan laporan formal ke Kemenkes. Namun sejauh ini, pihaknya sedang berkomunikasi dengan IDI.