Hingga saat ini, petisi untuk tunda kegiatan sekolah sudah mencapai lebih dari 46 ribu tanda tangan
Aktivitas mulai dinormalkan kembali di bawah naungan ‘tatanan normal baru.’ Kegiatan sekolah pun bukan pengecualian.
Source: Giphy
Sayangnya, rencana pemerintah untuk memulai kembali aktivitas belajar di sekolah menuai penolakan. Hal ini tertuang lewat petisi daring di situs change.org. Sampai Jumat (29/05/2020) ini, petisi tersebut telah ditandatangani lebih dari 46 ribu orang.
Source: Change.org
Petisi tersebut diinisiasi oleh seorang ibu bernama Hana Handoko. Dalam petisi tersebut, Hana menjelaskan pentingnya menjadikan pengalaman sebagai guru yang berharga, terutama dalam menghadapi pandemi corona ini.
“Jika kita bisa belajar dari negara lain bahwa ternyata tidak aman untuk membuka kembali lingkungan sekolah ditengah pandemik COVID-19,” tulis Hana.
“Alangkah baik dan bijaksana, jika pemerintah khususnya Menteri Pendidikan berpikir sebijaksana mungkin tentang dibukanya kembali tahun ajaran baru.”
Source: Tribun
Kegiatan bersekolah di masa pandemi, berkaca pada negara lain
Dalam keterangan petisi tersebut, Hana menjadikan dua berita sebagai referensi.
Berita pertama terkait keputusan pemerintah Perancis yang membuka kembali sekolah pada Mei lalu, yang berujung pada 70 siswa tingkat TK dan SD terpapar COVID-19. Hal tersebut pun jadi pertimbangan negara tersebut untuk memberlakukan kembali status lockdown.
Source: Forbes
Kejadian serupa juga terjadi pada berita kedua yang terjadi di Finlandia. Hanya dalam waktu dua hari pemberlakuan kegiatan sekolah, sebanyak 17 siswa dan 4 guru terpapar COVID-19, meskipun semua ruangan dan fasilitas sekolah sudah disemprot dengan disinfektan.
Tahun ajaran baru belum tentu dimulai di bulan Juni
Sebelumnya, Nadiem sudah menegaskan bahwa tahun ajaran baru belum tentu dimulai pada bulan Juni. Hal itu disampaikan Nadiem saat melakukan rapat kerja virtual dengan Komisi X DPR RI, Jumat (22/5/2020).
“Mohon menunggu dan saya belum bisa memberikan statement apapun untuk keputusan itu. Karena dipusatkan di gugus tugas. Mohon kesabaran. Kalau ada hoax-hoax dan apa sampai akhir tahun, itu tidak benar,” katanya.
Ia juga menjelaskan, keputusan untuk membuka tahun ajaran baru bukan ada di tangannya. Kemendikbud akan menyusun kebijakan, sesuai dengan faktor kesehatan yang ada.
“Keputusannya kapan, dengan format apa, dan seperti apa, dan karena ini faktor kesehatan, itu masih di gugus tugas,” ujar Nadiem.