Candi Borobudur dan miskonsepsinya

Siapa yang nggak kenal dengan Candi Borobudur? Salah satu situs bersejarah paling ikonis di Indonesia yang kemasyhurannya menembus negara-negara luar.

Terletak di Magelang, Jawa Tengah, situs ini jadi lokasi yang terus ramai pengunjung. Bahkan, Borobudur bisa mengumpulkan hingga empat juta turis setiap tahunnya. 

Kalau kita ingat-ingat lagi, mungkin kita sempat mengira kalau situs peninggalan Agama Buddha ini temasuk dalam tujuh keajaiban dunia, atau The New Seven Wonders of the World. Seakan-akan, predikat itu jadi parameter keagungannya.

Pasalnya, informasi itu muncul di berbagai buku pelajaran sekolah, termasuk Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RPUL), hingga Atlas.

Terus, gimana bisa informasi ini dipercaya banyak orang?

Ini Kenapa Candi Borobudur Nggak Perlu Titel ‘Tujuh Keajaiban Dunia’ Untuk Kita Banggain!
via Giphy

Istilah ‘keajaiban dunia’ sudah ada sejak 225 SM

Ternyata, istilah ‘keajaiban dunia’ awalnya populer sejak tahun 225 SM, oleh seroang insinyur dari Bizantium, Philo. Istilah ini muncul dalam karyanya yang berjudul “On Seven Wonders”.

Karya ini juga ditulis oleh beberapa penulis lainnya, yaitu Herodotus, Callimachus dari Cyrene, dan Antipater dari Sidon. 

Bagaimanapun, kurasi mereka dalam mengkategorikan daftar tujuh keajaiban dunia digunakan sebagai panduan bagi para traveller Hellenic (Yunani).

Daftar itu mencakup: Piramida Agung Giza, Taman Gantung Babilonia, Patung Zeus di Olympia, Mausoleum Mausolus, Kolosus di Rodos, Mercusuar Alexandria, dan Kuil Artemis di Ephesus.

Sayangnya, kini hanya tersisa satu situs yang masih bertahan, yaitu Piramida Agung Giza di Mesir.

Ini Kenapa Candi Borobudur Nggak Perlu Titel ‘Tujuh Keajaiban Dunia’ Untuk Kita Banggain!
via Giphy

Tujuh Keajaiban dunia bagaikan legenda yang banyak versinya

Daftar situs yang mendapat predikat keajaiban dunia pun perlu diperbarui. Untuk itu, Bernard Webber dari Swiss mempelopori “The New Seven Wonder”.

Nah, daftar ini lah yang sering bikin orang-orang keliru. Memang, saat itu ada 176 nominasi yang bertarung di ajang tersebut, termasuk dua dari Indonesia; Candi Borobudur dan Teras Sawah Tegalalang di Bali. Keduanya tak berhasil masuk jadi finalis.

Kriteria dan metode pemilihannya yang cuma lewat polling pun dipertanyakan banyak pihak. Makanya, hasil pemilihan ini hanya sesuai dengan selera pemilih, tak ada tolak ukur mana yang terbaik.

UNESCO juga mempertanyakan kegiatan pemilihan ini. Hingga pada tahun 1991, Borobudur diakui sebagai salah satu warisan dunia dalam World Heritage List oleh UNESCO melalui proses penilaian yang panjang dan parameter yang terukur. 

Faktanya sampai sekarang, yang namanya ‘tujuh keajaiban dunia’ ini tak ada yang mengatur secara resmi. Mungkin ini alasannya banyak versi daftar keajaiban dunia beredar bagai legenda, ada yang memasukkan Candi Borobudur, ada yang tidak.

Ini Kenapa Candi Borobudur Nggak Perlu Titel ‘Tujuh Keajaiban Dunia’ Untuk Kita Banggain!
via Tenor

Candi Borobudur, dari tujuh keajaiban dunia ke warisan dunia

Tak jelasnya kriteria dalam predikat ‘tujuh keajaiban dunia’ membuktikan kalau daftar itu dan segala miskonsepsinya bukan parameter yang bisa menilai keagungan Candi Borobudur. 

Kita bisa tetap berbangga dengan eksistensi Borobudur yang menyimpan segudang nilai sejarah kebudayaan dan peradaban kuno Indonesia, bahkan tanpa titel dari mana pun. 

Seperti kata Nahar Cahyandaru, Koordinator Pokja Kajian dan Pengembagan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur:

Borobudur adalah sebuah monumen yang sangat fenomenal dan menjadi simbol kebesaran Bangsa Indonesia. Keagungan Borobudur bagaimanapun sulit dinilai karena tingginya nilai-nilai estetika, budaya, seni, arsitektur, hingga spiritual.

Ini Kenapa Candi Borobudur Nggak Perlu Titel ‘Tujuh Keajaiban Dunia’ Untuk Kita Banggain!
via Giphy

What are your thoughts? Let us know!