Bulan Ramadan telah tiba. Hadirnya momen ini pun biasanya bisa dirayakan dengan kebahagiaan, mulai dari buka puasa bersama teman-teman sampai bisa lebih mendekatkan diri dengan keluarga tercinta.
Sayangnya, tahun ini adalah puasa kedua di tengah pandemi. Sejumlah aktivitas yang biasanya bisa dilakukan dengan leluasa, kini jadi terhalang dengan segala protokol kesehatan yang ada.
Pandemi Mengubah Segalanya
Pandemi memang membuat semuanya jadi tak seindah dulu. Pertemuan dengan orang tua yang seharusnya menyenangkan, kini jadi terasa berbahaya karena takut membawa virus ke sana.
Apalagi ditambah kebijakan pemerintah yang melarang adanya aktivitas bukber (buka bersama) tahun ini. Padahal, kegiatan itu yang biasanya dinanti-nantikan setiap orang untuk merayakan buka puasa bersama rekan kerja, sahabat, dan orang-orang terdekat.
Baca juga:
-
David Beckham Siap Bintangi Serial Terbaru Disney “Save Our Squad”
-
Lampu Lalu Lintas untuk Unta Dibuat Pertama di Dunia, Seperti Apa Bentuknya?
Momen bukber seolah menjadi sakral, di mana waktunya untuk batal puasa bisa dikelilingi orang-orang yang kita kasihi. Bahkan mereka yang tidak menjalankan ibadah puasa pun juga kerap hadir dalam aktivitas tersebut. Selain wujud toleransi, tujuan silaturahmi juga membuat mereka ingin hadir di acara tersebut.
Selain bukber, ada juga momen ngabuburit yang sepertinya tidak bisa seperti dulu. Biasanya bisa cari takjil dengan bebas, kini jadi harus dirundung rasa takut akan penyebaran virus ini yang masih merajalela.
Kebangkitan di Pandemi Kedua
Meski begitu, bulan Ramadan pandemi pertama dan kedua ini rasanya ada yang berbeda. Tahun ini jadi waktu untuk bangkit dari keterpurukan di masa lalu.
Salah satunya dirasakan teman gue, Danis. Sebagai orang yang menjalankan ibadah puasa, ia jadi orang yang bangkit di bulan Ramadan tahun ini.
Awal pandemi membuatnya tak bisa ke mana-mana, bekerja secara WFH dan bahkan sempat dirumahkan. Kesedihan seakan berlipat ganda, bahkan jadi tidak bisa bertemu dengan keluarga.
Namun pandemi kedua jadi momen kebangkitannya. Kini ia sudah bisa buka puasa lagi di kantor bersama rekan-rekan terdekatnya.
Bangkit jadi perbedaan yang gue rasakan pada bulan Ramadan ini. Perlahan-lahan, kita semua akan pulih dari keterpurukan sejak pandemi pertama.
Momen kebangkitan ini juga yang membawa semangat puasa di tahun ini semakin meningkat. Kembalinya kita menjadi pribadi yang kuat tentu akan membuat perubahan yang positif dalam menjalankan ibadah kal ini.
_
Kalau Lo, apa perbedaan yang dirasakan pada puasa kedua di tengah pandemi?