Swedia pada Senin, 9 Juni 2025 mengatakan bahwa pihaknya sedang berusaha menghubungi Tel Aviv setelah Israel mencegat kapal bantuan yang menuju Gaza, Palestina.

Swedia hubungi Tel Aviv usai kapal bantuan Madleen dicegat di perairan internasional dan culik sejumlah aktivis yang terlibat

Saat sedang berlayar di perairan internasional sejumlah tentara Israel (IDF) secara ilegal mencegat kapal bantuan tersebut dan menyandera para aktivis yang terlibat di dalamnya, termasuk aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg.

Melansir Anadolu, kantor pers Kementerian Luar Negeri Swedia mengatakan bahwa mereka saat ini masih memantau situasi setelah Israel pencegatan kapal bantuan.

“Kementerian Luar Negeri dan misi terkait di luar negeri mengetahui situasi tersebut dan sedang memantau perkembangannya,” demikian bunyi pernyataan resmi dari kantor pers Kementerian Luar Negeri Swedia.

Kementerian Luar Negeri Swedia dan Kedutaan Besar Swedia di Tel Aviv saat ini berusaha untuk menghubungi otoritas setempat dan memantau perkembangannya dengan saksama.

Kapal bantuan menuju ke Gaza dicegat secara ilegal dan awaknya diculik tentara Israel

Pada Senin, 9 Juni 2025 kapal berbendera Inggris, Madleen, dicegat dan diinvasi oleh pasukan Israel (IDF) sebelum mereka berhasil sampai ke Gaza, Palestina.

Berdasarkan laporan, kapal dalam misi kemanusiaan tersebut kemudian dipaksa ditarik ke pelabuhan Israel.

“Jika diperlukan dukungan konsuler, kedutaan dan Kementerian Luar Negeri akan menilai bagaimana kami dapat membantu warga negara Swedia tersebut sebaik-baiknya,” ujar kantor pers tersebut.

Sejumlah aktivis seperti Greta Thunberg, Rima Hassan, dan satu jurnalis disandera

Dalam misi kemanusiaan tersebut ada sebanyak 12 orang yang ikut terlibat, termasuk 11 aktivis dan satu jurnalis.

Aktivis lain yang berada di atas kapal bantuan Madleen antara lain Yasemin Acar dari Jerman; Baptiste Andre, Pascal Maurieras, Yanis Mhamdi, dan Reva Viard dari Prancis; Thiago Avila dari Brasil; Suayb Ordu dari Turki; Sergio Toribio dari Spanyol; Marco van Rennes dari Belanda; dan Omar Faiad, jurnalis Al Jazeera Mubasher, juga dari Prancis.

Anggota Parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina, Rima Hassan, juga dilaporkan menjadi salah satu orang yang ikut disandera oleh tentara Israel yang ikut dalam kapal Madleen.

Apa yang mendasari misi kemanusiaan ini?

Koalisi Armada Kebebasan mengirim Madleen dari Sisilia, Italia, untuk menerobos blokade di Gaza dan mengirimkan bantuan.

Kapal tersebut membawa pasokan yang sangat dibutuhkan bagi warga Gaza, termasuk susu formula bayi, tepung, beras, popok, produk sanitasi wanita, peralatan desalinasi air, pasokan medis, kruk, dan prostetik anak-anak, menurut penyelenggaranya.

Alasan di balik misi kemanusiaan ini didasari oleh Israel yang terus menutup semua penyeberangan perbatasan Gaza untuk menghentikan segala macam bantuan kemanusiaan yang ingin masuk ke wilayah tersebut sejak awal Maret 2025.

Sejumlah badan bantuan telah memperingatkan tentang risiko kelaparan di antara 2,4 juta penduduk Gaza jika kondisi tersebut terus terjadi dan tidak segera dihentikan.

Israel terus berulah di tengah banyaknya kasus pelanggaran

Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas kejahatan perangnya terhadap warga sipil di daerah kantong tersebut.