Bumi makin panas, virus lebih cepat menyebar
Pemanasan global diprediksi penelitian terbaru dalam jurnal Nature akan menyebabkan virus 4.000 virus berpindah dari mamalia ke yang lain.
Adapun hal tersebut tidak menutup kemungkinan perpindahan manusia ke hewan.
Dilansir dari jurnal tersebut, iklim yang panas akan memaksa hewan untuk mencari ekosistem yang lebih dingin.
As climate change reshapes life on earth, it may also become the single biggest upstream driver of pandemic risk. Our new study in @Nature simulates how 3,139 species will share viruses – and create new spillover risk hotspots – over the next 50 years.https://t.co/osfdfI9uHo pic.twitter.com/1mAMInc2IP
— Colin J. Carlson (@wormmaps) April 28, 2022
Saat itulah hewan yang baru pindah akan bertemu dengan spesies lain yang terlebih dahulu ada di sana, dan potensi perpindahan menjadi sangat tinggi.
Kemungkinan lain yang juga bisa terjadi adalah potensi zoonosis, di mana risiko transmisi virus hewan ke manusia akan semakin besar saat habitat hewan semakin dekat dengan tempat tinggal manusia.
Kelelawar jadi ‘agen’ penyebar virus paling berbahaya
Dalam penelitian dijelaskan bahwa kelelawar jadi salah satu hewan dengan risiko terbesar sebagai ‘agen’ penyebar.
Alasannya karena kelelawar adalah salah satu mamalia yang terbang dan memiliki peran penting dalam ekosistem.
Prediksi memperkirakan setidaknya ada 4.000 virus di mamalia yang akan tersebar antar spesies, dengan beberapa memiliki risko berpindah ke manusia.
Transmisi tersebut bahkan disebut berpontensi menjadi endemi atau malah pandemi.
“Masing-masing punya potensi mempengaruhi kesehatan hewan dan bisa menyebar ke manusia. Bagaimanapun, ini akan menjadi berita yang sangat buruk bagi kesehatan ekosistem yang terkena dampak,” tutur Greg Albery, salah satu penulis.
Jadi alarm bagi semua orang
Meski masih diprediksi terjadi pada 2070, setidaknya studi ini bisa menjadi peringatan dini bahaya climate change yang tidak terpaku pada suhu atau tenggelamnya kota.
Melainkan manusia perlu persiapan matang menghadapi potensi pandemi di kemudian hari.
“Gambaran besar, kesiapsiagaan adalah kuncinya dan kami perlu berinvestasi dalam penelitian, deteksi dini, dan sistem pengawasan,” kata Matthew Aliota, seorang profesor Departemen Ilmu Kedokteran Hewan dan Biomedis di University of Minnesota.