Ketika berita ini ditulis, “WW 3” alias perang dunia ketiga jadi salah satu trending topic di Indonesia dengan 19.6 ribu post.
Gencar isu World War 3 atau WW3 yang jadi topik utama di internet
Riuhnya obrolan yang bersirkulasi tentu bukan tanpa alasan. Selama akhir pekan lalu, ketegangan antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat meningkat. Bahkan sekjen PBB menyebut bahwa serangan AS ke nuklir Iran pada 22 Juni lalu “ancam perdamaian dunia.”
Yang terjadi setelah AS serang nuklir Iran:
- AS bersiaga hadapi balasan Iran
- Irak peringatkan serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran akan dibalas dengan konsekuensi serius
- Rusia sebut beberapa negara siap suplai senjata nuklir ke Iran
- Iran ancam negara pemasok senjata jadi sasaran tembak
“Loceng perang global”
Dilansir dari ANTARA, pengamat Timur Tengah dari Universitas Ibnu Chaldun, Ezza Habsyi, mengingatkan bahwa serangan Amerika Serikat (AS) ke Iran bisa menjadi lonceng perang yang menyulut krisis regional menjadi konflik global, sehingga bukan hanya merupakan eskalasi militer.
Ia menyebut, hal ini terjadi karena Iran kini berada dalam posisi di mana balasan militer bukan sekadar kemungkinan, melainkan sebuah keniscayaan politik.
Pangkalan militer jadi target empuk serangan di tengah konflik
Ezza juga menjelaskan bahwa pangkalan-pangkalan militer AS di Kuwait, Bahrain, Qatar, dan Yordania kini berubah menjadi sasaran potensial.
Karena itu, ia mengaku tidak heran jika pasukan Iran bersiaga penuh di Selat Hormuz, jalir vital ekspor dunia. Bila jalur tersebut ditutup, dia menilai bukan hanya Tel Aviv yang akan terbakar, melainkan seluruh pasar global akan terguncang oleh lonjakan harga energi, inflasi, dan kepanikan finansial.
Meski begitu, kemungkinan perang dunia masih bergantung pada langkah negara-negara lain.
“Perang dunia bukan tidak mungkin, tetapi masih berada dalam kerangka skenario terburuk dan akan sangat bergantung pada langkah selanjutnya dari Rusia dan Tiongkok,” tuturnya.
Sekjen PBB: ketegangan ini mengancam perdamaian dunia jika eskalasi terus terjadi
Kekhawatiran senada juga disampaikan oleh Sekjen PBB, Antonio Guterres. Ia menjelaskan konflik ini akan mengancam perdamaian dunia. Hal ini ia sampaikan lewat akun X.
“Hal tersebut merupakan eskalasi berbahaya di kawasan yang sudah semakin terancam–dan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional,” tulisnya di akun X pribadinya.
“Saya sangat prihatin atas penggunaan kekuatan militer oleh Amerika Serikat terhadap Iran hari ini. Ini adalah eskalasi berbahaya di kawasan yang sudah berada di ambang krisis—dan menjadi ancaman langsung terhadap perdamaian serta keamanan internasional.
Risiko konflik ini lepas kendali semakin besar — dengan dampak yang bisa menjadi bencana bagi warga sipil, kawasan, dan dunia.
Saya menyerukan kepada negara-negara anggota untuk menahan diri dan mematuhi kewajiban mereka berdasarkan Piagam PBB dan aturan hukum internasional lainnya.
Di momen yang genting ini, sangat penting untuk menghindari spiral kekacauan.
Tidak ada solusi militer.
Satu-satunya jalan ke depan adalah diplomasi.
Satu-satunya harapan adalah perdamaian.”
Trump klaim ingin fokus damai dengan Iran?
Di sisi lain, saat berita ini ditulis, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak ingin melanjutkan serangan terhadap Iran dan berniat mengupayakan kesepakatan damai dengan Tehran.
Menurut laporan media Axios, Trump menghubungi kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu sesaat setelah serangan, memberitahukan hasilnya, dan menyatakan bahwa tujuan berikutnya adalah mengejar kesepakatan damai dengan Iran.
“Presiden tidak ingin melanjutkan serangan. Ia siap jika Iran melakukan serangan balasan, tetapi ia sudah menyampaikan kepada Netanyahu bahwa ia menginginkan perdamaian,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut.
Menko Polkam Indonesia angkat suara
Menanggapi konflik AS dengan Iran, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan mengatakan bahwa Indonesia mendorong langkah perundingan dalam penyelesaian konflik kedua negara tersebut.
Budi juga mengatakan bahwa Presiden RI Prabowo Subianto memprioritaskan pelindungan warga negara Indonesia (WNI) di negara-negara Timur Tengah dengan menyiapkan rencana kontingensi dan evakuasi.
“Gelombang pertama WNI dari Iran berjumlah 29 orang disebar dalam tiga penerbangan komersial yang berangkat dari Baku, Azerbaijan, tanggal 23 Juni 2025 dan tiba di Jakarta pada 24 Juni 2025 sore hari,” katanya.
Eks Wamenlu singgung soal kosongnya kursi-kursi duta besar di sejumlah negara
Dino Patti Djalal selaku eks Wamenlu juga sempat angkat suara soal kursi-kursi duta besar yang kosong di beberapa negara seperti Amerika dan Jerman.
Hal ini, menurut Dino, akan mempersulit diplomasi secara efektif di tengah riuhnya perang, konflik, dan krisis.
Perlu diketahui pula, penunjukkan jabatan dubes tersebut adalah kebijakan Presiden karena menyangkut perwakilan RI di negara sahabat.
TL;DR
- Perang dunia ketiga jadi trending topic usai AS serang fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni 2025.
- Iran, Rusia, dan negara-negara Timur Tengah memperingatkan risiko balasan serius yang bisa meluas jadi konflik global.
- Pangkalan militer AS di Timur Tengah kini jadi target potensial Iran. Selat Hormuz terancam ditutup, memicu risiko krisis energi dunia.
- Pengamat menilai perang dunia masih mungkin terjadi, tergantung pada respons Rusia dan Tiongkok.
- Presiden Trump dikabarkan tidak ingin memperpanjang serangan dan memilih jalur damai.
- Indonesia mendorong perdamaian dan mulai mengevakuasi WNI dari Iran.
Let uss know your thoughts!