Tiada hari tanpa dempet-dempetan
Stasiun Manggarai. Kalau denger kata itu, apa yang muncul di kepala kalian? Rame, dempet-dempetan, atau jadi pepes ikan?
Kalau kalian pengguna KRL, pasti nggak asing dengan ramainya stasiun di Jabodetabek. Mulai dari pagi di jam berangkat ataupun sore di jam pulang naik kereta kayak nggak lengkap tanpa sempit-sempitan di gerbong.
Belum lagi, kalau mesti lewat stasiun transit kayak Duri, Tanah Abang, sampai Manggarai.
Tau nggak sih? Menurut data PT KAI Commuter, penumpang KRL di Jabodetabek di minggu ketiga Januari 2023 aja udah mencapai 11 juta orang.
Rinciannya, 795.257 orang per hari di weekday dan 617.431 orang per hari di weekend.
Keluhan pengguna KRL Stasiun Manggarai
Dengan volume yang segitu banyaknya, nggak kaget kalau stasiun transit kayak Manggarai bisa membludak. Begini beberapa poin yang orang keluhin dari stasiun tersebut:
- Sejak tahun lalu, ada perubahan jalur kereta yang bikin Manggarai makin padat dari dan ke segala arah.
- Transit makin ribet karena adanya underpass dengan akses tangga maupun eskalatornya yang penuh di rush hour.
- Struktur pilar stasiun yang dianggap terlalu besar dan ganggu mobilitas di tengah padatnya penumpang.
Stasiun transit dan keramaiannya
Melansir PT KAI begini jumlah penumpang harian beberapa stasiun transit di Jabodetabek.
- Stasiun Manggarai: 125-160 ribu orang,
- Stasiun Tanah Abang: 100-130 ribu orang, dan
- Stasiun Duri: 45-65 ribu orang.
Setiap harinya, commuterline melakukan total 1.081 perjalanan dari jam 4 pagi sampai 12 malam.
Sementara itu, jam sibuk ada di pukul 6.30-8.30 pagi dan 17.00-19.00 sore.
Apa kata KCI?
Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Suryawan, angkat suara soal kekesalan orang-orang yang dempet-dempetan di KRL. Ia bilang, ini ibarat istri yang “ngomel” walau suaminya udah kerja siang malam.
Hal ini ia sampaikan saat acara Ngobrol Santai dengan Media dan Komunitas Kereta Api di Gedung Kementerian Perhubungan.
“Kalau saya sama keluarga, perasaan saya ini sudah kerja siang malam kerja keras tetap aja salah sama istri saya,” ujarnya.
Menurutnya, itulah yang ia rasakan saat menghadapi keluhan-keluhan pengguna KRL.
“Itulah yang saya rasakan. Ibaratnya kayak gitu kan. KRL itu ngangkut orang setiap hari, jutaan. Harganya murah, ya, kan. Komplain terus-terusan. Padahal kita usaha udah banyak, loh,” lanjut Suryawan.
Stasiun Manggarai bukan satu-satunya yang mesti diurusin
Menurut Suryawan, pihaknya nggak cuma ngurusin Stasiun Manggarai. Stasiun lainnya pun harus mereka perhatikan.
Maka dari itu, ia berharap masyarakat nggak cuma memandang kesalahan, tapi melihat usaha manajemen untuk memperbaiki layanan. Toh, harganya pun nggak naik dan tetap terjangkau buat berbagai lapisan masyarakat.
“Bahkan tiketnya udah berapa tahun udah nggak naik-naik. Masa gara-gara hal kecil kayak kita nggak melakukan perbaikan, ya, jangan kayak gitu lah yang baik,” pungkas Suryawan.
What are your thoughts? Let us know!