Tidak selalu berdampak negatif, ada juga dampak positif dari Covid-19.
Kualitas udara Jakarta, si kota metropolitan ini dikabarkan mengalami peningkatan yang baik, mengutip dari The Jakarta Post, Dinas Lingkungan Hidup Jakarta melaporkan adanya perbaikan sejak diberlakukannya physical distancing pada tanggal 23 Maret.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang akan berlangsung selama dua minggu, juga dinilai memiliki peranan penting yang secara tidak langsung ‘memaksa’ pengurangan dan pembatasan pengoperasian kendaraan umum, karena memiliki aturan yang jelas dalam pelaksanaannya.
Kualitas udara terbaik!
Menurut laporan tersebut, Jakarta masuk ke dalam kategori baik dengan nilai PM2,5 rata sebesar 18,46 µg/m3. Angka dan pencapaian tersebut, merupakan indikator kualitas udara terbaik kota Jakarta dalam 28 tahun terakhir!
‘Nyaris setelah 28 tahun, kualitas udara di Jakarta ada pada kategori baik. Dengan catatan tidak ada laporan kualitas udara Jakarta sebelumnya. Tahun 1994 baru ada laporan resmi dari UNEP (United Nations Enviroment Programme).’, begitu tutur Ahmad Safrudin selaku Direktur Eksekutif Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) seperti di lansir dari Mongabay-Indonesia.
Terima kasih COVID-19!
Meskipun terdengar aneh, Ahmad Safrudin menjelaskan bahwa perbaikan kondisi udara di Jakarta ini terjadi setelah adanya peraturan social distancing yang sudah berjalan lebih dari dua puluh hari. ‘Apabila pada 10 hari pertama (16 Maret – 25 Maret 2020) belum berhasil menurunkan pencemaran udara di DKI Jakarta, maka berbeda dengan 10 hari berikutnya (26 Maret – 4 April 2020), pencemaran udara mengalami penurunan yang drastis sehingga kualitas udara mendekati kategori baik.’ begitu tuturnya.
Namun dirinya mengingatkan kalau hal tersebut hanya bersifat sementara, dan polusi bisa kembali meningkat saat aktifitas kembali berjalan normal. Dirinya berharap momentum 20 hari dari pelaksanaan social distancing ini bisa memberikan pesan yang kuat bagi seluruh masyarakat.
‘Tanpa perencanaan kerja yang efektif dan efisien dalam proses pembangunan, industri, transportasi dan penggunaan energi, kualitas udara ini akan kembali memburuk ketika angka kasus COVID-19 menurun dan pemerintah mulai menjalankan roda ekonomi seperti normal.’, begitu tuturnya.
Banyak faktor, bukan hanya PSBB/Physical Distancing
Berbeda dengan hasil temuan Bondan Andriyanu selaku juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, dirinya mengatakan bahwa ada peningkatan nilai PM2.5 selama pelaksaan social distancing di Jakarta pada 10 hari pertama dan mungkin saja ada sumber pencemaran yang lain.
Mengutip dari Mongabay-Indonesia, Bondan menjelaskan kalau bisa saja ada sumber lain (tidak bergerak) yang masih berkontribusi pada pencemaran udara, sebut saja industri, PLTU Batubara, pembakaran sampah dan lainnya.
Dirinya juga berpesan kalau perbaikan kualitas udara sudah seharus menjadi kebijakan jangka panjang, serta perubahan kebiasaan masyarakat.
—
Selain WFH, bisa jadi hujan yang belakangan sering turun juga punya peran dalam mengurangi polusi yah. Good to hear kalau udara di Jakarta membaik, semoga terus seperti ini yah Jakarta-ku.